INGIN IKLAN ANDA DISINI ?
Dapatkan Tawaran Menarik
Silahkan Kontak Admin
Terima Kasih


Tazkiyatun Nafs. Berasal dari dua kata yaitu tazkiyah dan naffs. tazkiyah berasala dari bahasa arab yakni masdar dari zakka. Tazkiyah al-nafs tidak akan diperoleh kecuali melalui tathir al-nafs sebelumnya. Tazkiyah al-nafs mengangkat jiwa manusia ke tingkat yang lebih tinggi sebaliknya tadsiyah al-nafs menjatuhkan jiwa manusia ke tingkat yang rendah.

Fakhrurozi dalam tafsir Al-kabir mengartikan tazkiyah dengan tathir dan tanmiyat yang berfungsi untuk menguatkan motivasi seseorang dalam beriman dan beramal saleh. Muhammad Abduh mengartikan tazkiyah al-nafs dengan tarbiyatun nafs (pendidikan jiwa) yang kesempurnaan dapat dicapai dengan tazkiyah aql (penyucian akal) dari aqidah yang sesat. Sedangkan tazkiyah al-aql kesempurnaannya dapat dicapai dengan tauhid yang murni.

https://www.ponpeshamka.my.id
Tazkiyah al- nafs merupakan proses penyucian jiwa, pengembalian jiwa pada fitrahnya, dan pengobatan jiwa-jiwa yang sakit agar menjadi sehat kembali, melalui terapi-terapi sufistik.

Tazkiyah al-nafs bermakna sebuah proses pensucian dari ruh yang jelek (nafs amârah dan nafslawâmah) dari dalam diri seseorang menuju kebaikan dan ruh yang lebih baik (nafs mutmainah) dengan mengikuti dan mempraktikkan prinsip hukum Islam.

TUJUAN TAZKIYATUN NAFS

Adapaun tujuan tazkiyatun nafs sebagaimana dijabarkan oleh Al-Ghazali sebagai berikut:

  1. Pembentukan manusia yang bersih akidahnya, suci jiwanya, luas ilmunya, dan seluruh aktivitas hidupnya bernilai ibadah
  2. Membentuk manusia yang berjiwa suci dan beakhlak mulia dalam pergaulan dengan sesamanya, yang sadar akan hak dan kewajiban, tugas seta tanggung jawabnya
  3. Membentuk manusia yang berjiwa sehat dengan terbebasnya jiwa dari perilaku tercela yang membahayakan jiwa itu sendiri
  4. Membentuk manusia yang berjiwa suci dan berakhlak mulia, baik terhadap Allah, diri sendiri maupun manusia sekitarnya

METODE TAZKIYATUN NAFS MENURUT AL-QURAN DAN AS-SUNNAH

Metode tazkiyatun nafs menurut al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana disarikan Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim mencakup 4 langkah antara lain:

  1. Memperbanyak taubat yaitu menyucikan diri dari dosa dan maksiat dengan menyesali segala dosa yang dilakukan dan bertekad untuk tidak kembali kepada dosa tersebut (dalil QS. An-Nur: 31).
  2. Muraqabah yaitu merasakan bahwa setiap gerak-geriknya dalam kehidupan selalu diawasi oleh Allah SWT, ia yakin bahwa Allahmengetahui segala yang ia rahasiakan dan memerintahkan malaikat untuk mencatatnya.
  3. Muhasabah yaitu mengadakan introspeksi terhadap apa yang telah ia lakukan sepanjang hidupnya apakah amalannya pantas diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan.
  4. Jika tidak ia merasa tidak pantas ia akan memperbaikinya dengan istighfar dan mujahadah.

Mujahadah yaitu sikap bersungguh-sungguh dalam mendidik hawa nafsu yang cenderung menyeretnya kepada kejahatan dan membuatnya malas dalam berbuat kebajikan.

Mujahadah sebagai perjuangan batin, semangat kesungguhan (juhad) dan terus menerus menetuk qalbu. Tujuannya untuk memertahankan cahaya Ilahi dalam qalbu. Posisi mujahadah ini dijelaskan lebih ke dalam dalam artian untuk memperoleh pengetahuan hakiki sehingga seseorang di jalan ini akan sesuai petunjuk cahaya kebenaran.

Dalam tasawuf ada 3 macam metode dalam melaksanakan tazkiyah al-nafs, yaitu: 

1. Takhalli

Takhalli yaitu membersihkan diri dari sikap dan sifat yang mengikuti dorongan nafsu yang membawa kepada dosa. Dalam makna lain takhalli berarti pembersihan dari sifat-sifat tercela, seperti hasud, hiqd (rasa dongkol), su’udzon, takabbur, ujub, riya’, ghadzab) serta pembersihan dari maksiat lahir dan batin.  Menurut para sufi, kemaksiatan dibagi menjadi dua, yaitu maksiat lahir dan batin. Maksiat lahir yaitu segala perbuatan tercela yang dilakukan oleh anggota badan termasuk panca indera, sedangkan maksiat batin adalah yang dikerjakan oleh hati.

 Jadi takhalli yaitu membersihkan dan membebaskan diri dari berbagai kotoran hati dari berbagai dosa dengan bertaubat dan beristigfar. 

2. Tahalli  

Tahalli yaitu pembersihan kembali jiwa yang bersih dengan sifat-sifat terpuji, kebiasaan jelek yang telah ditinggalkan diganti dengan kebiasaan baik melalui Latihan yang berkesinambungan, sehingga terciptanya kepribadian yang membiasakan akhlaqul karimah. Salah satu cara itu yaitu dengan berdzikir, membaca alquranholat sehinga jiwa larut dengan kebaikan.

Jadi tahalli dapat diartikan membekali, membiasakan, dan menghiasi diri dengan berbagai perbuatan baik dan positif, seperti taubat, sabar, raja’, faqr, zuhud, wara’, peningkatan ilmu, iman, takwa, ibadah, zikir, do'a, tilawah, tadabur Al-Quran dan lain sebagainya. Juga dapat dilakukan dengan menumbuhkan membiasakan sifat-sifat terpuji seperti siddiq, jujur, amanah, tawadhu, khidmah dan seterusnya. Sehingga kelak sifat-sifat tersebut menjadi kebiasaan dari ahklaknya dalam kehidupan sehari-hari. 

3. Tajalli

Dari serangkaian takhalli dan tahalli yang dialakukan secara sungguh-sungguh, diharapkan jiwa manusia terbebas dari nafsu ammarah sehingga terhindar dari perbuatan keji.  Dan lebih dari itu dapat mencapai nafsu tertinggi yaitu nafsu mardhiyah. Apabila jiwa kita telah terisi dengan sifat mulia dan organ-organ tubuh telah terbiasa melakukan amal-amal shaleh, untuk selanjutnya agar hasil yang diperoleh tidak berkurang, maka perlu penghayatan keagamaan, yang akan menimbulkan cinta dan rindu kepada Nya dan selanjutnya akan terbuka jalan mencapai Tuhan.

Apabila seorang melakukan langkah-langkah di atas, niscaya akan mampu melaksanakan yang telah ditetapkan antara lain:

  1. Ikhlas menerima segala problem peserta didik dengan hati yang tabah dan sikap yang terbuka.
  2. Bersikap penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran: 159)
  3. Menjaga wibawa dan kehormatan dalam bertindak.
  4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesame (QS. An Najm: 32).
  5. Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat (QS. Al Hijr:88).
  6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
  7. Meninggalkan sikap amarah dalam menghadapi masalah.
  8. Menerima kebenaran yang berasal dari orang lain.
  9. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan yang ia lakukan.
  10. Mencegah dan mengontrol peserta didik agar tidak mempelajariilmu yang membahayakan.
  11. Menghias diri dengan akhlak mulia seperti khusyu, iffah (menjaga diri), zuhud terhadap dunia.

Semoga Bermanfaat

Posting Komentar Blogger