INGIN IKLAN ANDA DISINI ?
Dapatkan Tawaran Menarik
Silahkan Kontak Admin
Terima Kasih


Semua orang tentu mendambakan kesuksesan. Baik kesuksesan di dunia maupun kesuksesan di akhirat. Agar menjadi manusia yang sukses dunia dan akhirat tentu tidak terlepas dari pemehaman kita tentang kehidupan. Bagaimana hidup yang kita lakukan agar kita mendapat kesuksesan dunia dan akhirat? Tentu kita harus memikirkan tujuan hidup kita terlabih dahulu. Jika hidup kita hanya untuk sekedar makan maka kita hanya akan giat bekerja tanpa beribadah. Tapi jika orientasi hidup kita lebih kepada akhirat, maka kita akan berpikir lebih jauh tentang apa saja yang akan kita lakukan di dunia, yang tentunya harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat sebagai bekal kita hidup di akhirat nanti.

Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang ingin sukses baik di dunia ataupun di akhirat. Di dalamnya sarat dengan informasi yang selalu hangat dan aktual dari zaman ke zaman. Walaupun segala usaha telah dikerahkan untuk menggali dan menyelami isi kandungan al-Qur’an, hal itu tidak pernah akan ada habis-habisnya. Allah Swt. berfirman: 
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al-Kahfi: 109)
Taqwa
Salah satu bahasan atau masalah pokok yang banyak dibicarakan dalam alquran adalah masalah taqwa. Karena ketaqwaan merupaan pucak kesuksesan tertinggi bagi seorang hamba, dan ketaqwaan itu dalam agama islam merupakan masalah fundamental. Secara umum, ketaqwaan merupakan inti ajaran Islam dan asas dasar semua aspek kehidupan muslim. Alquran juga merupakan sumber kemajuan kesejahteraan, kebahagian, keamanan dan kesentosaan, juga merupakan sumber peningkatan harkat dan martabat manusia. 

Hakikat taqwa menurut Ibnu Qayyim aljauziah adalah taqwanya hati, bukan taqwa dari anggota tubuh. Sebagaimana Firman Allah QS:32 alhajj: 22 Begitu juga rasul mengatakan:Taqwa itu disini, beliau menunjuk kepada hatinya (dada) . Maka mari kita simak dan renungkan tentang pendidikan yang Allah berikan kepada manusia dalan Qs. Surat Luqman Ayat 33 -34 agar mereka bisa sukses dihari akhirat kelak dan tidak menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan dan fasilitas yang telah Allah sediakan Teks Dan Konteks Ayat Pada artikel ini ayat-ayat yang akan dikaji dan ditafsirkan adalah kandungan pendidikan yang terdapat didalam al-Qur’an surat Luqman ayat 33-34. 1. Teks dan Terjenahan Ayat surat Luqman ayat 33-34

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ (٣٣)إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (٣٤) 

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 
Konteks Ayat
A. Asbabun Nuzul surat Luqman ayat 33-34.
Ayat ini turun mengeni al-Harits bin Amr bin Haritsah bin Maharib bin Hafshah, dari kalangan penduduk kampung ( baduwi) dia dating kepada nabi Muhammad saw, dan bertanya kepada beliau mengenai hari kiamat dan kapan waktu terjadinya. Dia berkata “negeri kami kering kerontang; beritahu saya kapan akan turun hujan? Istri saya hamil; beritahu saya, apa jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan? Engkau tahu kapan aku dilahirkan, maka beritahu akau kapan aku mati!” Maka Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Luqman : 34) 

B. Munasabah surat Luqman ayat 33-34.
Sesudah Allah swt menuturkan tentang bukti-bukti keesaan-Nya dalam bentuk yang beraneka ragam dan contoh yang berbeda-beda pada ayat sebelumya. Kemudian Allah memerintahkan manusia untuk bertaqwa kepadanya, yaitu melalui ungkapan yang mengadung nasehat dan peringatan dengan hari yang besar (hari hisab). 

Pada hari itu hubungan kekrabatan tidak berguna dan tidak bermanfaat lagi, dan silaturrahmi tiada faedah. Seandainya seorang bapak ingin menebus dirinya dengan anaknya, niscaya hal tersebut tertolak, demikian pula seorang anak terhadap bapaknya, Jangan sekali-kali kehidupan dunia membuat kita lalai dan jangan syetan membuat kita terbujuk dengan segala rayuan yang melalaikan. Kemudian Allah mengakhiri surat Luqman ini dengan menyebutkan hal-hal yang hanya dia sendirilah yang mengetahuinya. 

C. Makna Umum Ayat Secara umum.
Surat Luqman ayat 33 dan 34 surat Luqman di atas ini membahas tentang ketaqwaan kepada Allah dan segala penjelasannya, khususnya terkait dengan argumen dan tujuannya. Menurut Ahmad Musthafa al-Marâghî, di dalam ayat-ayat ini, Allah memerintahkan manusia untuk bertaqwa kepadanya, yaitu melalui ungkapan yang mengandung nasehat dan peringatan dengan hari yang besar.

Hari yang besar itu adalah dimana hubungan kekerabatan tidak ada gunanya dan manfaatnya lagi pada saat itu, dan silaturrahmi tiada faedah pada saat itu. Seandainya seorang bapak ingin menebus dirinya dengan anaknya, niscaya hal tersebut tertolak, demikian pula seorang anak terhadap bapaknya . Secara bahasa, kata taqwa dan yang seakar dengannya tertera dan terulang sebanyak 258 kali dalam al-Quran, berasal dari akar kata waka-yaqi, masdarnya adalah wiqayah yang berarti memelihara, menjaga melindungi, hati-hati menjauhi sesuatu dan takut Azab.

Taqwa dapat juga berarti al-khasysyah dan al-khauf yang berarti takut kepada azab Allah. Disini dapat dikatakan bahwa taqwa al-Lah adalah takut kepada azab Allah, menimbulkan suatu konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sedangkan insan yang bertaqwa dapat didefenisikanj sebagai insan yang tetap taat kepada Allah dan berusaha meninggalkan kemaksiatan. 

Munurut al-Asfahani, taqwa bermakna memelihara sesuatu dari segala yang menyakiti dan yang memberi mudharat. Lebih lanjut al-Asfahani mengemukakan bahwa hakikat taqwa adalah menjadikan manuasia memelihara dirinya dari yang ditakuti. Menanggapi pemaknaan taqwa sebagai khauf, al-Asfahani menyatakan bahwa taqwa dapat dinamakan khauf, begitu juga khauf dapat dinamakan taqwa.

Sementara itu, M. Quraish Shihab mengartikannya menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt, dan melaksanakan segala yang diperintahkannya. Adapun pengertian taqwa dari akar kata yang bermakna ”menghindar, menjauhi, atau menjaga diri”.

Selanjutnya M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa kalimat perintah ”ittaqullah” yang secara harfiah berarti ”hindarilah, jauhilah, atau jagalah dirimu dari Allah”, tentu makna ini tidak lurus dan bahkan mustahil dapat dilakukan makhluk. Sebab, bagaimana mungkin makhluk menghindarkan diri dari Allah atau menjauhiNya, sedangkan”Dia (Allah) bersama kamu dimana pun kamu berada”. Karena itu, perlu disisipkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah, baik di dunia maupun akhirat. 

Dengan demikian, pangkal dari taqwa adalah ”perintah dan larangan” Allah yang ditujukan kepada manusia beriman, sehingga muncul kesadaran untuk ”takut” akan siksa Allah kalau tidak melaksanakan segala perintahNya, ”menghindari siksa Allah dengan cara melaksanakan perintahNya, dan senantiasa ”menjaga” serta ”memelihara” untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. 

Di dalam ayat 33 dan 34 surat Luqman ini Allah swt memerintahkan seluruh manusia (al-nâs), baik mukmin atau kafir untuk bertaqwa. Disini, Allah memperingatkan manusia terhadap hari berbangkit dan memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa kepada-Nya, karena pada hari itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya. 

Demikian pula halnya seandainya seorang anak bermaksud menebus bapaknya dengan dirinya, itupun tidak diterima. Ayat tersebut juga menegaskan bahwa Allah swt memperingatakan kita manusia agar jangan sekali-kali kehidupan dunia memperdaya atau menipu diri kita untuk mengingat kampung yang sebenarnya yaitu akihrat, walau bagaimanapun gemerlap dan indahnya kehidupan dunia semua itu hanya sementara dan pasti suatu saat akan musnah dan meninggalkan diri kita atau kita yang meninggalkannya. Selanjutnya jangan sekali kali kita ditipu dan diperdaya oleh syetan sehingga kita lupa untuk taat kepada Allah swt. 

Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-gharur disini adalah ‘syetan’ karena dia memperdaya anak adam, memberinya janji-janji dan harapan hampa. Karena syetan itu hanya memberi janji-janji muluk dan angan-angan kosong tanpa ada bukti dan hanya tipu daya yang membuat manusia sengsara di dunia dan akhirat. Di samping mengingatkan manusia tentang dahsyatnya hari kiamat dan peristiwa yang terjadi pada saat itu serta mengingatkan tentang tipu daya syetan, Allah swt “rabb” penguasa alam semesta sebagai pencipta seluruh manusia, mengingatkan kita bahwa pengetahuan tentang hari kiamat merupakan pengetahuan tentang hal yang ghaib yang hanya diketahui oleh Allah swt, kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia lah yang menurunkan hujan dari langit, mengetahui apa yang ada dalam rahim. Seperti hadits dari Imam Ahmad yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Bahwa Rasulullah saw bersabda :

 قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} 

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kunci-kunci semua yang gaib itu ada lima, tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu sesungguhnya Allah, hanya di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat; Dialah yang menurunkan hujan; Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim; tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok; dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 

Allah swt juga menjelaskan kepada kita manusia bahwa manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannyanya tidak akan pernah tahu tentang apa yang akan diusahannya pada esok hari baik didunia maupun di akhirat kelak. Demikian pula tidak ada seorangpun yang mengetahui di negeri atau dibumi manakah ia akan meninggal dunia. Yakni tiada seorang pun yang mengetahui di mana ia akan mati, di atas bumi ataukah di laut, di hutan, di lembah, ataukah di bukit.

D. Rincian Kandungan Ayat Adapun rincian kandungan ayat 33 dan 34 surat Luqman secara berurutan (sesuai susunan atau redaksi ayat) adalah : 

1. Allah SWT memanggil seluruh manusia 
2. Bertaqwa Kepada Allah 
3.Takut pada hari Hisab
4. Berdasarkan amalan masing-masing
5. Janji Allah Benar 6. Jangan terpedaya dunia
7. Jangan tertipu oleh segala macam godaan
8. Hanya Allah swt yang mengetahui :
  • Hari Kiamat
  • Turunnya Hujan
  • Janin dan Rahim
  • Usaha esok
  • Tempat kematian 
Agar lebih mudah memahami berbagai kandungan ayat 33 dan 34 dari surat Luqman tersebut dalam kerangka yang utuh, maka rincian beberapa kandungan ayat-ayat tersebut dapat disistematisasi sebagai berikut : 
1. Bertaqwalah Allah SWT. Sebab hanya Allah swt yang mengetahui : 
  • Hari Kiamat 
  • Turunnya Hujan 
  • Janin dan Rahim
  • Usaha esok
  • Tempat kematian 
2. Mengimani dan bersiap-siap untuk menghadapi hari hisab, maka kita mempersipkan diri bahwa:
  • Hari hisab itu pasti (janji Allah)
  • Berdasarkan amal sendiri 
3. Menjauhi segala hal yang menyesatkan 
  • Tipu daya dunia
  • Segala macam tipu daya syetan 
E. Konversi Kandungan Ayat.
Berdasarkan kandungan atau rincian kandungan dari ayat 33 dan 34 surat Lugman di atas dapat dikatakan bahwa di dalamnya sedang terjadi proses pembelajaran atau pendidikan. Allah swt yang dalam hal ini berperan sebagai pendidik atau guru. Dengan demikian, kandungan dua ayat surat Luqman tersebut dapat dikonversi sebagai berikut: 
  1. Seorang guru mendidik atau mengajak peserta didiknya untuk bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benar bertaqwa, bahkan jangan mati kecuali dalam kondisi bertaqwa kepada Allah swt. Karena pengetahuan tentang hari kiamat, tentang turunnya hujan, apa yang ada atau terjadi dengan janin yang ada dalam rahim, pengetahuan tentang apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati. Semua itu adalah ilmu Allah swt. 
  2. Guru memotivasi peserta didiknya untuk meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri dengan kedatangan hari kiamat (hari hisab) sebab semua itu adalah janji Allah yang benar, pada saat itu kita akan mempertanggung jawabkan amal kita secara pribadi-pribadi. Pada saat itu tidak berguna hubungan keluarga, family dan lain sebagainya 
  3. Guru memberikan pelajaran dan nasehat kepada peserta didik agar jangan mudah tergoda atau tertipu dengan kemegahan dan tipu daya dunia yang hanya bersifat sementara. Dan jangan sampai lemah dan kalah dengan tipu daya musuh besarnya yaitu syetan yang akan membuat dirinya lupa dan jauh dari Allah swt.
F. Judul dan Outline.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ayat 33 dan 34 surat Luqman memang dapat dikatakan berbicara tentang pendidikan. Adapun masalah pendidikan yang dikupas pada ayat-ayat tersebut adalah tentang pendidikan sukses di hari akhirat. Ayat-ayat tersebut berbicara atau membahas tentang pendidikan sukses di hari akhirat dan apa saja cara yang ditempuh oleh seorang pendidik agar peserta didiknya dapat menjadi orang-orang yang benar-benar sukses di hari akhirat sehingga tidak menyesal nantinya. 

G. Tafsir atau Penjelasan Ayat.
Sebagaimana dipahami sebelumnya, pembahasan utama dari ayat 33 dan 34 surat Luqman ini adalah tentang ketaqwaan. Taqwa lahir sebagai konsekwensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muqorobatullah; merasa Takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap atas limpahan karunia dan magfirah-Nya. Atau sebagaimana didefinisikan oleh para ulama.

Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan'Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya. Berdasarkan ayat 33-34 surat Luqman, ketaqwaan dalam pengertian mencapai derajat tertinggi disisi Allah yaitu menjadi seorang hamba yang sukses tidak hanya di dunia tapi juga diakhirat. 

Maka ada beberapa langkah atau tahapan yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik (guru, orang tua, dan sebagainya) untuk menjadikan peserta didiknya menjadi seorang yang benar-benar sukses di akhirat, yaitu: 
1. Bertaqwalah Allah SWT. Sebab hanya Allah swt yang mengetahui ilmu yang ghaib : 
a. Pengetahuan tentang hari kiamat. Menjelaskan kepada peserta didik tentang hari kiamat sehingga mereka mencari bekal terbaik yaitu takwa. Hari kiamat atau yang oleh umat islam di imani sebagai rukun iman ke enam adalah hari dimana berakhirnya kehidupan makhluk ciptaan Allah SWT seorang muslim harus mengimani hari kiamat karena hari itu pasti datang dan terjadi. Sebelum hari kiamat datang manusia masih memiliki kesempatan untuk hidup dan bertobat.

Umat islam belumlah dikatakan beriman jika belum mengimani hari kiamat. Kiamat diartikan sebagai hari akhir yang juga disebut dengan istilah yaumul qiyamah, yaumul hisab dan sebagainya. Kiamat secara istilah diartikan sebagai kehancuran alam semesta dan segala kehidupan di muka bumi, dibangkitkannya orang yang sudah mati kemudian di hisab amal-amalnya. Tidak seorang pun yang tahu kapan hari kiamat akan terjadi, hanya Allah SWT sajalah yang mengetahuinya. 

Kiamat sendiri disebutkan dalam berbagai surat di Alqur’an dan dikhususkan dalam sebuah surat yakni sural Al Qariah. Adapun beberapa dalil tentang hari kiamat diantaranya: QS Az zumar ayat 38 “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)” 

Meskipun kiamat diartikan sebagai berakhirnya kehidupan dan alam semesta, dalam islam dikenal istilah kiamat kecil atau kiamat sugra dan kiamat besar atau kiamat kubra. Tidak ada seorang manusiapun yang akan selamat dari peristiwa kiamat dan pada saat itu hanya orang-orang buruklah yang masih hidup untuk menyaksikan kiamat karena orang muslim yang beriman akan mati sebelum peristiwa kiamat besar datang.
a) Tanda-tanda Kiamat Besar 
  1. Munculnya Dajjal Dajjal adalah makhluk yang akan keluar pada hari kiamat dan ia akan keluar diantara Syam dan Iraq. Disebutkan bahwa dajjal adalah makhluk yang tinggi besar, buta mata kanannya dan didahinya tertulis kata kafir. Dajjal akan memiliki banyak pengikut terutama para kaum wanita dan yahudi. 
  2. Turunnya Nabi Isa As Setelah Dajjal muncul dan menyebabkan kerusakan dimuka bumi, Allah akan mengutus Nabi Isa AS turun ke bumi. Ia akan turun di sebelah timur Damaskus, negeri Syam. Nabi Isa pulalah yang akan membunuh Dajjal.
  3. Munculnya Ya’juj dan Ma’juj Selain nabi Isa As tanda yang selanjutnya adalah Ya-juj dan Ma-juj. Mereka adalah dua manusia keturunan Adam. Adapun disebutkan bahwa Yajuj dan Majuj terhalang oleh dinding besar dan mereka tidak dapat melubanginya hingga tiba saatnya dan nantinya mereka akan mati karena ulat yang membunuhnya.
  4. Penenggelaman Bumi Tanda yang selanjutnya adalah tenggelamnya sebagian bumi terutama bumi bagian timur, barat dan jazirah Arab meskipun belum ada kenampakannya saat ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu hajar
  5. Munculnya Asap Munculnya asap adalah salah satu tanda datangnya hari kiamat sebagaimana disebutkan dalam Surat Ad dukhan ayat 11 : “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata. Yang meliputi manusia, inilah siksa yang pedih.”
  6. Terbitnya matahari dari barat Jika biasanya matahari terbit dari timur maka pada hari kiamat matahari akan terbit dari barat dan pintu ibadah dan pertobatan ditutup pada hari itu.
  7. Keluarnya Binatang melata Sebelum hari kiamat, binatang melata akan keluar dari tanah Mekah dan memberikan tanda-tanda datangnya kiamat baik bagi kaum beriman maupun orang kafir. Mereka akan menandai wajah orang beriman sehingga bersinarlah rupanya sementara orang kafir akan ditandai bagian hidungnya sebagai suatu pertanda kekufuran.
  8. Api yang mengumpulkan manusia Tanda besar yang terakhir dari hari kiamat adalah api yang keluar dari daerah Yaman dan api tersebut akan menggiring seluruh umat manusia menuju negeri Syam. Kiamat memang akan datang dan itu pasti. Sebagai umat islam yang mengimani hari kiamat kita hendaknya selalu sedia mempersiapkan bekal kita untuk hari akhir dan hidup di akhirat kelak. 
b. Turunnya hujan.
Hujan adalah rezeki dari Allah, sementara rezeki tiada lain hanyalah dari Allah SWT. Jika hujan merupakan azab. Tidak ada pula yang menurunkan azab kecuali hanya Allah. Hujan merupakan proses yang kompleks. Faktor-faktor yang menyebabkan pun termasuk hal-hal yang tidak dapat dikontrol oleh makhluk, dan hujan terjadi melalui sejumlah reaksi alamiah dan kimia yang belum diketahui sepenuhnya. 
Di antaranya perkisaran angin, penguapan air dari titik air, kemudian pengumpulan uap yang keluar dari berbagai aktivitas kehidupan. Juga pemindahannya melalui angin yang menggerakkan awan, memadukannya dan mebentangkannya di langit, atau menggumpalkannya di atas ruang reaksi tertinggi lapisan gas bumi. Angin terus-menerus menyuplainya dengan uap air yang semakin memperkayanya atau dengan partikel-partikel debu yang bekerja seperti benih untuk yang menebalkannya, sehingga membentuk butiran-butiran kecil air hingga pada volume yang sesuai untuk menimbulkan hujan deras atau es.
Selama proses ini berlangsung, awan terus bergerak sehingga tidak ada yang bisa diketahui di mana hujan akan turun, berapa kadarnya, dan kapan hujan ini turun kecuali hanya Allah SWT. Hal itu semakin ditegaskan oleh berbagai percobaan penurun hujanan dari awan dengan cara menyemprotkan sejumlah unsur-unsur kimia yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap air. Meski berhasil, namun mereka tetap tidak mampu sama sekali untuk mengatur dan mengontrol posisi-posisi penurunannya.
Fakta ini semakin mempertegas fakta yang telah diungkapkan oleh Rasulullah SAW dengan sabdanya:
وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ …
Dan tiada seorang pun yang mengetahui kapan hujan akan turun kecuali hanya Allah … Perlu diketahui, bahwa berbagai prakiraan cuaca yang memprediksi akan turun hujan seringkali dilakukan beberapa jam sebelum hujan turun, dan ini pun seringkali tidak terbukti.
c. Hanya Allah yang tahu apa yang dikandung oleh rahim.
Dijelaskan kepada peserta didik bahwa pengetahuan tentang janin yang dikandung dalam rahim seorang ibu adalah ilmu Allah swt. Allah lah yang menciptakan janin tersebut dan hanya Allah lah yang mengetahui seluruh hal yang akan terjadi pada janin tersebut. Kehidupan dalam rahim adalah awal mula kehidupan dunia. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya” (QS Ar Ra’d: 8 )
Kemudian, jika ada yang menanyakan, “Bagaimana dengan USG di zaman sekarang yang bisa mengetahui jenis kelamin janin tersebut?” Maka hal ini tidaklah bertentangan. Karena alat yang dikenal dengan USG tersebut hanya bisa mengetahui jenis kelamin janin, itu pun setelah janin terbentuk selama beberapa waktu dan juga berapa banyak prediksi USG tersebut yang keliru dan berbeda dengan kenyataan setelah janin tersebut lahir. Dan tidak ada satu alat pun yang bisa mengetahui bagaimana nasib janin tersebut di dunia dan akhirat, apakah dia akan menjadi hamba yang soleh atau seorang yang banyak berbuat dosa.
Apakah janin tersebut akan berumur singkat atau akan hidup di dunia dalam jangka waktu yang lama? Dan masih banyak lagi hal-hal lain tentang janin tersebut yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala saja. Ketika di dalam rahim ibu, janin akan berkembangan mengalami 7 tahap menjadi penyempurnaan, sesudah 4 bulan Allah meniupkan ruh ciptaan-Nya, maka jadilah manusia sebagai makhluk yang mono-dualistik (dua komponen dalam satu diri), yaitu komponen Ilahiah berupa ruh dan komponen benda berupa jasad.
Manusia menjadi hidup karena bergabungnya ruh dengan jasad. Begitu ruh keluar dari jasad, berarti manusia mati. Jasmani manusia asalnya tanah, jenisnya materi, sifatnya syahadah, kondisinya berubah dan rusak, masanya di dunia saja, kebutuhannya santapan jasmani, nilai ukuran santapan jasmani adalah uang. Ruhani manusia asalnya dari cahaya Allah, jenisnya immateri (bukan benda), sifatnya gaib, kondisinya kekal, masa hidupnya dunia sampai akhirat, kebutuhannya santapan ruhani, nilai ukurannya adalah pahala. 

d. Usaha untuk hari esok.
Selanjutnya dijelaskan kepada peserta didik bahwa pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan oleh seseorang esok hari. Jika seseorang tidak tahu apa yang akan dilakukan dirinya sendiri esok hari, maka lebih tidak mungkin lagi untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh orang lain esok hari. Oleh karena itu jelaslah kedustaan dukun, tukang ramal dan manusia yang setipe dengan mereka yang mengklaim bahwa mereka tahu tentang apa yang terjadi di masa yang akan datang.
Jika ada yang mengatakan, “Saya tahu apa akan saya lakukan esok hari, bahkan saya telah menyusun jadwal kegiatan saya esok hari”. Maka hal ini tidaklah bertentangan dengan dalil Al Quran. Karena jadwal yang telah disusun tersebut barulah sebatas rencana yang belum tentu terlaksana. Siapa tahu keesokan harinya ada hal yang menghalangi kita sehingga kita tidak bisa melaksanakan jadwal tersebut, karena sakit misalnya. Atau boleh jadi di malam hari kematian menjemput kita sehingga jadwal tersebut tidaklah lagi berguna bagi kita. Maka hal ini sebagaimana yang sering disebutkan oleh orang, “Manusia boleh berencana tapi Allah jualah yang menentukan.” 
e. Tentang Kematian.
Kepada peserta didik dijelaskan bahwa kematian seseorang semata–mata hanya Allah yang mengetahuinya. Kapan dan di mana dia mati? Bagaimana akhir kehidupannya? Apakah dia akan mati di atas kebaikan atau keburukan? Maka hal ini hanya Allah sajalah yang tahu. 
Kematian ini merupakan awal mula bagi seseorang untuk memasuki alam akhirat. Jika ada yang mengatakan, “Bagaimana dengan orang yang dihukum mati? Bukankah dia telah tahu kapan dia akan mati dan tempat kematiannya?” Maka kembali kami tegaskan bahwa hal ini tidaklah bertentangan.
Karena boleh jadi justru dia mati lebih awal sebelum waktu eksekusi dilakukan, atau bisa jadi tiba-tiba dia mendapatkan pengampunan sehingga tidak jadi dieksekusi. Demikian pula dengan tempat kematiannya, bisa jadi dia mati lebih dahulu di tempat yang tidak dia sangka-sangka sebelumnya. Oleh karena itu janganlah seseorang menunda untuk bertaubat walaupun dia telah divonis dengan hukuman mati karena bisa jadi kematian datang lebih cepat dan dia belum sempat untuk bertaubat 

2. Mengimani dan bersiap-siap untuk menghadapi hari hisab, maka kita mempersiapkan diri : 
a. Hari hisab itu pasti (janji Allah) Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya. Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan. Allah akan menghisab seluruh makhluk dan berkhalwat (empat mata) kepada seorang mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya. Inilah makna al-muhasabah (proses hisab). Muhasabah adalah proses manusia melihat amalan mereka pada hari Kiamat. Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua pengertian : 

Pertama: Al ‘Aradh (penampakan dosa dan pengakuan), mempunyai dua pengertian. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang diperiksa secara sungguh-sungguh dan yang tidak dihisab. Pemaparan amalan maksiat kaum mukminin kepada mereka, penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir) Kedua: Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh) dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.

Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan, hisab, dapat dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan juga dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya: “Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang diperiksa dengan detil hisabnya, maka ia akan binasa”. (Muttafaqun ‘alaihi). Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam Alquran dan Sunnah. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.” (al Insyiqaq / 84 : 7-8). 

b. Berdasarkan amal sendiri Ketika seorang manusia mengetahui bahwa segala amal perbuatannya akan dimintai pertanggung jawabkan oleh Allah Ta’ala seharusnya ia menjadikan kehidupannya di dunia sebagai ladang berbekal, ladang beramal shaleh, ladang menabur benih kebaikan yang kelak akan dipanennya di akhirat. Maka ia akan berusaha sekuat mungkin mengerjakan apa yang Allah Ta’ala perintahkan dan menjauhi apa yang dilarangNya, karena ia tahu bahwa ada dua malaikat yang senantiasa mencatat segala perbuatan kita, dan Allah Ta’ala Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Teliti terhadap segala perbuatan hambaNya. Allah Ta’ala berfirman: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18).

Oleh karenanya orang yang ingin sukses di akhirat sudah tentu dia akan berhati-hati karena setiap perbuatannya tidak akan luput dari perhitungan dan sudah pasti bahwa kelak segala amal perbuatannya tersebut akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala 3. Menjauhi segala hal yang menyesatkan Bagi kita seorang muslim kehidupan didunia ini di ibaratkan penjara, banyak hal yang akan membuat kita tersesat dan lari dari tujuan penciptaan kita yang sebenarnya, dalam surat Luqman ayat 33 – 34 ini ada beberapa hal yang akan menyesatkan kita diantaranya : 

a. Dunia dan tipu dayanya Dalam surat al-Hadit ayat 20 Allah memberi perumpamaan tentang kehidupan dunia seperti tanah yang tandus kemudian ditimpa hujan yang lebat, selanjutnya dipadang yang tandus itu tubuh berbagai tanaman yang subur menghijau menganggumkan para petani tumbuh tanam tanamnya. 

Kemudian tanam tanaman itu menjadi kuning layu dan hancur kembali menjadi tanah yang kering dan tandus. Hidup didunia hanya kehidupan sementara, dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanya sekejap mata saja. Dan Allah juga mengingatkan bahwa kesenangan hidup dunia hanyalah kesenangan fatamorgana yang penuh kepalsuan dan tipuan. Banyak orang yang tidak menyadari tipu daya dunia ini mereka terpesona mengejar kesenangan hidup di dunia dan tidak peduli dengan kehidupan akhirat yang lebih besar. Seluruh usaha dan tenaga dikerahkan untuk mendapatkan kekayaan dan kesenangan hidup di dunia. Mereka meghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan, kemuliaan dan kesenangan hidup di dunia.

Mereka tidak peduli dengan ancaman Allah, mereka tidak takut mempertanggung jawabkan semua perbuatannya di hadapan Allah, Karena mereka tidak yakin akan adanya kehidupan akhirat. Bagi mereka kehidupan itu hanya kehidupan dunia saja. Kita hidup kemudian mati dan berlalu begitu saja tanpa dituntut pertanggungan jawab. Mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia yang penuh tipu daya. Sehingga melupakan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi selama lamanya.

Dalam Al Qur’an Allah berulang ulang mengingatkan agar orang yang beriman hati-hati dan waspada, jangan tertipu kehidupan dunia yang penuh tipu daya. Sebagaimana di ingatkan Allah dalam surat al Qashas ayat 77: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” 

b. Segala macam tipu daya syetan Tatkala Allah memulyakan Adam dan menyuruh malaikat untuk bersujud semua malaikat yang ada sujud kepada Adam kecuali iblis dia enggan untuk sujud sehingga Allah laknat dan usir dari Syurga sebagaimana firman Allahl:

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ . وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ 

Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".QS.38.Saad:77-78. 

Semenjak itu Iblis di fonis terkutuk sampai kiamat dan mulai terang-terangan menyatakan permusuhannya terhadap manusia yang merupakan sebab bencana yang mengenainya oleh karena itu dia bersumpah untuk meyesatkan manusia. Allah berfirman :

 قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ . ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ 

Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).QS7.Al A’raaf:16-17. 

Qatadah berkata: “ Dari depan iblis mengaburkan perkara akhiratnya, dengan membisikkan tidak ada kebangkitan, tidak ada syurga, tidak ada neraka. Dari belakang mereka iblis menghias-hiasi perkara dunia dan mengajak kepadanya, dari kanan mereka yaitu dari kebaikan-kebaikan iblis melambat-lambatkan. Dari kiri mereka iblis membisikkan keburukkan dan menyeru kepadanya. Setan mendatangimu, wahai bani Adam, dari segala penjuru kecuali dari atasmu, karena dia tak bisa menghalangi kamu dari rahmat Allahl.” Ibnul Qayyim rahimahullah telah sangat membantu kita dalam hal ini. Beliau menuliskan ada 6 hal yang merupakan bisikan yang berasal dari setan, dimana kita harus sesegera mungkin membuangnya jauh-jauh ketika terlintas di benak kita. Apa saja 6 hal itu? 
  1. Setan membuat manusia sibuk memikirkan yang sudah terjadi dan membuatnya berandai-andai. Andaikan kejadiannya begini, maka pasti tidak akan terjadi begini dan seterusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari telah mengingatkan kita, dengan sabdanya yang artinya: “…Jika sesuatu (yang tidak engkau inginkan) menimpamu, maka janganlah engkau katakan ‘andaikan aku melakukan begini dan begitu tentu akan begini dan begitu’ namun katakanlah “Qodarullah wa ma syaa’a fa’ala” karena kalimat seandainya itu akan membuka (pintu) perbuatan syaithon.” [HR. Muslim] 
  2. Membuat manusia memikirkan kejadian yang belum terjadi, lalu dia mengandai-andai seandainya nanti terjadi lalu bagaimana, dan syaithon akan membuatnya mencemaskan berbagai hal yang terkait dengan ini. 
  3. Membuat manusia memikirkan hal-hal keji dan haram, baik ia menginginkannya karena hawa nafsunya menyeretnya ataupun ketika ia hanya sekedar terfikir kejadian-kejadian keji yang tidak ia inginkan, yang ia merasa jijik kepadanya. Maka ini harus sesegera mungkin ia tepis. 
  4. Menghayal dan berangan-angan yang tidak mungkin terjadi, misalnya mengangankan andaikan dirinya seorang Nabi, atau hal-hal mustahil yang akan membuatnya tersita dan hanya membuang-buang waktu. Berbeda jika yang dia angan-angankan adalah sesuatu yang bisa ia raih, misalkan ia berangan-angan menjadi seorang penerjemah lalu ia memikirkan bagaimana jalan menuju cita-citanya. Maka hal ini adalah angan-angan yang positif.
  5. Membuat manusia memikirkan berbagai perkara bathil. Misalnya, ia memikirkan bagaimana rasanya minum khamr, dll. 
  6. Membuat manusia memikirkan perkara-perkara yang tidak terjangkau akal. Yaitu semisal ide-ide yang tak berguna, hal-hal yang tidak pernah selesai diperdebatkan semacam keberadaan makhluk lain di luar angkasa, atau seperti permasalahan sifat-sifat Allah dimana ia mempertanyakan kaifiyah/bentuk dan tata caranya, sehingga pikiran-pikiran itu menyibukkannya dari hal yang memang benar-benar bermanfaat bagi hatinya dan akalnya. 
H. Kesimpulan Penafsiran.
Pendidikan sukses untuk hari akhirat berdasarkan al-Qur’an surat Luqman ayat 33 – 34 dapat disimpulkan bahwa : 
  1. Seorang guru mendidik atau mengajak peserta didiknya untuk menjadi orang sukses di akhirat dengan cara bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benar bertaqwa, bahkan jangan mati kecuali dalam kondisi bertaqwa kepada Allah swt. Karena pengetahuan tentang hari kiamat, tentang turunnya hujan, apa yang ada atau terjadi dengan janin yang ada dalam rahim, pengetahuan tentang apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati. Semua itu adalah ilmu Allah swt. 
  2. Guru memotivasi peserta didiknya untuk meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri dengan kedatangan hari kiamat (hari hisab) sebab semua itu adalah janji Allah yang benar, pada saat itu kita akan mempertanggung jawabkan amal kita secara pribadi-pribadi. Pada saat itu tidak berguna hubungan keluarga, family dan lain sebagainya 3. Guru memberikan pelajaran dan nasehat kepada peserta didik agar jangan mudah tergoda atau tertipu dengan kemegahan dan tipu daya dunia yang hanya bersifat sementara. Dan jangan sampai lemah dan kalah dengan tipu daya musuh besarnya yaitu syetan yang akan membuat dirinya lupa dan jauh dari Allah swt.

Posting Komentar Blogger