INGIN IKLAN ANDA DISINI ?
Dapatkan Tawaran Menarik
Silahkan Kontak Admin
Terima Kasih


Penjelasan berbagai macam kitab Hadits - Hadits merupakan warisan nabi Muhammad kepada umatnya, sampai saat ini hadits-hadits beliau masih terpelihara. Buktinya kita masih banyak mendapat warisan kitab-kitab hadits. Sebagian besasr kitab-kitab hadits tersebut tersimpan di perpustakaan-perpustakaan dunia. Kitab-kitab tersebut ditulis pada kurun waktu yang berlainan, dengan metode yang berbeda sehingga kualitas, tingkat dan istilah penyusunannyapun berbeda-beda pula. Berikut ini kitab-kitab hadits yang disusun oleh ulama-ulama hadits yang populer.


Kitab jami’ adalah kitab hadits yang disusun memuat berbagai macam ilmu tentang tentang agama mencakup delapan bahasan atau bab yaitu Aqidah, Hukum-hukum riqaq, adabutha’am wa al-syarab, tarikh dan siyar bab Qu’ud, shiyam safar, Fithan dan Manaqib. .contoh kitab jami’ di antaranya adalah jami’ al Bukhari, jami’ al-Tirmizi.


Kitab sunan ialah kitab-kitab yang disusun menurut tertib bahasan fiqh yang bermula dengan bab Taharah, Shalat Zakat dan seterusnya. Walaupun di dalam sunan sendiri tidak hanya memuatkan tentang hukum-hukum tetapi juga memuat persoalan lain. Contoh kitab-kitab yang termasuk dalam kategori ini ialah: Sunan al-Nasai’e, Jami` al-Tarmizi, Sunan Ibn Majah, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Daruqutni, Sunan Abi Ali bin al-Sakan dan lain-lain.


1. Sunan An-Nasa’i

Penulisnya adalah Abu Abdurrahman Ahmad bin Ali bin Syu’aib bin Ali bin Sinan al-Khurasani. Lahir tahun 215 dan wafat tahun 303 menurut pendapat Syamsudin adz-Dzahabi dan Abu Ja’far ath-Thohawi. Beliau adalah ulama hadits terkemuka di masanya, seorang yang sangat teliti dan memiliki persyaratan yang ketat di dalam menerima hadits. Beliau memiliki beberapa karya dinataranya as-Sunanul Kubra, as-Sunanus Shughra (juga dikatakan al-Mujtaba), al-Khashaish, Fadhailus Shahabah dan al-Manasik.

Imam Nasa’i sangat cermat di dalam menyusun Sunanus Shughra ini yang beliau tulis setelah menyusun Sunanul Kubra. Beliau berupaya hanya menghimpun yang shahih saja di dalam kitab Sunan-nya ini. Namun Syaikh Abul Faraj Ibnul Jauzi mengatakan bahwa ada sekitar sepuluh buah hadits maudhu’ di dalamnya, walau imam Jalaludin as-Suyuthi membantahnya. Namun, biar bagaimanapun terdapat sedikit hadits dhaif di dalam Sunan-nya ini. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad di dalam kaifa Nastafiidu (hal. 22) berkata : ”Kitab ini adalah kitab yang agung tingkatannya, banyak bab-babnya, dan penjelasan akan bab-babnya menunjukkan fakihnya penulisnya, bahkan sungguh diantaranya menampakkan kedalaman dan kecermatan Imam Nasa’i di dalam beritinbath.”

Sunan an-Nasa’i ini menghimpun sejumlah 51 kitab dan haditsnya mencapai 5774. Adapun mengenai syarah an-Nasa’i, sesungguhnya masih sangat sedikit sekali walaupun kitab ini sudah berumur hampir 600 tahun. Al-Hafizh Jalaludin as-Suyuthi memberikan syarah yang sangat singkat yang berjudul Zihar ar-Rubba ’alal Mujtaba yang meneliti para perawi, menjelaskan sebagian lafazh dan hadits gharib serta menerangkan mengenai hukum dan adab yang terkandung di dalam hadits Sunan.

Selain as-Suyuthi, juga seorang muhaddits India yang bernama al-Allamah Abul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi al-Hanafi as-Sindi (w. 1138) memberikan syarah yang lebih sempurna dibandingkan syarah as-Suyuthi.Lantas apakah as-Suyuthi dan as-Sindi kau katakan bahwa mereka merasa lebih alim dari an-Nasa’i?!! Karena mereka meneliti kembali perawi-perawi hadits dalam Sunan Nasa’i dan memberikan penilaian kembali sesuai dengan pengecekan terhadap perawi-perawi hadits tersebut.

2. Sunan Abu Daud

Penulisnya adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syiddad bin Amar bin Azdi as-Sijistani atau lebih dikenal dengan kunyah Abu Dawud as-Sijistani rahimahullahu, seorang Imam dan tokoh ahli hadits dari Sijistan, Bashrah. Beliau lahir pada 202 dan wafat tahun 275. beliau juga memiliki banyak karya diantaranya adalah : al-Marasil, kitab al-Qodar, an-nasikh wal Mansukh, Fadha’ilul ’Amal, Kitab az-Zuhd, Dalailun Nubuwah, Ibtda’ul Wahyi dan Akhbarul Khowarij.

Al-Imam Abu Dawud di dalam menulis kitab ini tidak hanya memuat hadits shahih saja, namun beliau juga memasukkan hadits hasan dan dhaif yang tidak dibuang oleh ulama hadits. Beberapa ulama mengkritik Sunan Abu Dawud karena ditengarai memuat hadits maudhu’ diantaranya adalah Imam Ibnul Jauzi. Beliau mengatakan bahwa ada beberapa hadits maudhu’ dalam Sunan Abu Dawud ini, namun kritikan beliau ini dibantah oleh Imam Jalaludin as-Suyuthi (w. 911).

Biar bagaimanapun, ribuan hadits yang shahih dalam Sunan Abu Dawud tidaklah memperngaruhi nilai keabsahan Sunan Abu Dawud sebagai kitab hadits ketiga setelah Shahih Bukhari dan Muslim yang dijadikan mashdar oleh kaum muslimin dan kitab Sunan yang paling diutamakan diantara kitab sunan lainnya.

Jumlah hadits dalam Sunan Abu Dawud adalah 4.800 hadits, sebagian ulama menghitungnya sebanyak 5.274 hadits. Perbedaan ini dikarenakan sebagian orang menghitung hadits yang diulang sebagai satu hadits dan sebagian lagi menghitungnya sebagai dua hadits. Abu Dawud membagi Sunannya dalam beberapa kitab dan tiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah diantaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi dalam bab-bab. Sedangkan jumlah babnya ada 1.871 bab.

Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafizhahullahu dalam Kaifa Nastafiidu minal Kutubil Haditsiyah (hal. 18) berkata : ”Kitab Sunan karya Abu Dawud ini adalah kitab yang sangat agung, yang diperkaya oleh penulisnya di dalamnya hadits-hadits ahkam dan mentartibnya serta memaparkannya berdasarkan urutan bab-bab yang menunjukkan atas kefakihan dan kedalamannya terhadap ilmu riwayah dan diroyah.”

Beberapa ulama mensyarah dan meneliti Sunan Abu Dawud ini, diantaranya :
  1. Ma’alimus Sunan yang ditulis oleh Imam Abu Sulaiman Ahmad bin Ibrahim al-Busti al-Khaththabi (w. 388) yang merupakan syarah sederhana dengan mengupas masalah bahasa, penelitian terhadap riwayat, istinbath hukum dan pembahasan adab. 
  2. Aunul Ma’bud ’ala Sunan Abi Dawud yang ditulis oleh Imam Syamsul Haq Muhammad Asyraf bin Ali Haidar ash-Shiddiqi al-Azhim Abadi as-Salafi (ulama abad ke-14) dalam 4 jilid besar. 
  3. Al-Manhalu Adzbu al-Maurid yang ditulis oleh Syaikh Mahmud bin Khaththab as-Subki (w. 1352). Beliau juga meneliti dan memilah serta menjelaskan derajat hadits-hadist yang shahih, hasan maupun dhaif. 
  4. Al-Mujtaba Tahdzib Sunan Abi Dawud oleh al-Imam al-Hafizh Abdul Azhim al-Mundziri (w. 656) yang meringkas, menyusun kembali dan menyebutkan perawi-peraei lain yang juga meriwayatkan hadits di dalam Sunan Abu Dawud, serta beliau menunjukkan beberapa hadits dhaif di dalamnya. 
  5. Ta’liq al-Mujtaba oleh Syaikhul Islam kedua, Imam Ibnul Qayyim (w. 751) yang memberikan Komentar tentang kelemahan hadits yang dijelaskan oleh al-Mundziri, menegaskan keshahihah hadits yang belum dishahihkan serta membahas matan yang musykil. 
Demikianlah sekilas penjelasan seputar Sunan Abu Dawud, dan telah jelaslah bahwa tidak semua hadits yang dimuat oleh Imam Abu Dawud as-Sijistani di dalam Sunan-nya adalah shahih. Oleh karena itu al-Muhaddits Muhammad Nashirudin al-Albani meneliti kembali derajat hadits-hadits di dalam Sunan Abu Dawud dan menuliskannya sebagai kitab Shahih Sunan Abu Dawud dan dhaifnya.

Lantas adakah yang mengatakan bahwa al-Mundziri, al-Khattabi, as-Subki, al-Azhim Abadi adalah lebih alim daripada Abu Dawud karena mereka turut mengomentari hadits-hadits di dalam Sunan Abu Dawud?! Apakah mereka juga lebih alim dari Abu Dawud as-Sijistani karena mereka tidak menerima saja dengan penilaian Abu Dawud terhadap Sunan-nya dimana diamnya Abu Dawud dikatakan shahih sebagaimana penjelasan beliau sendiri di dalam risalah kepada ahli Makkah?! Haihata haihata.

3. Sunan at-Turmidzi

Penulisnya adalah al-Imam Abu Isa Muhammad bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami at-Turmudzi dari Tirmidz, Iran Utara. Beliau adalah seorang imam ahli hadits yang kuat hafalannya, amanah dan teliti. Beliau lahir pada tahun 209 dan pada akhir hidupnya menjadi buta dan wafat tahun 279. Beliau memiliki beberapa karangan diantaranya adalah Kitabul Jami’ (lebih dikenal dengan Sunan at-Turmudzi), al-’Illat, at-Tarikh, asy-Syamail an-Nabawiyah, az-Zuhd dan al-Asma’ wal Kuna.

Al-Imam Abu Isa di dalam menyusun kitab al-Jami’ tidak hanya meriwayatkan hadits shahih saja, namun juga beserta hadits yang hasan, dha’if, gharib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya. Beliau memasukkan hampir 50 kitab dan haditsnya berjumlah 3956 hadits

Diantara kritikan utama terhadap Jami’ at-Turmidzi ini adalah dia menerima periwayatan dari al-Maslub dan al-Kalbi, perawi yang muttaham pemalsu hadits. Sehingga derajatnya lebih rendah dibandingkan Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa’i. Al-Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik sebanyak 30 hadits dimasukkannya ke dalam al-Maudhu’at namun disanggah beberapa oleh Jalaludin as-Suyuthi. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah al-Harani dan Syamsyudin adz-Dzahabi juga turut mengkritik Sunan Turmudzi ini.

Diantara para ulama yang mensyarah Jami’ at-Turmudzi adalah al-Hafizh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili yang lebih dikenal dengan Ibnul Arabi al-Maliki (w. 543) yang berjudul Aridatul Ahwadzi fi Syarhi Sunanit Tirmidzi. Jalaludin as-Suyuthi juga mensyarah dengan judul Qutul Mughtazi ’ala Jami’it Tirmidzi. Kitab syarah terbaik adalah yang ditulis oleh al-Allamah al-Abdurrahman al-Mabarkapuri (w. 1353) yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi.Adakah mereka yang meneliti kembali Sunan at-Turmudzi ini kau katakan mereka merasa lebih alim dari imam Abu Isa sendiri.

4. Sunan Ibnu Majah

Penulisnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir tahun 209 dan wafat tahun 273. Beliau adalah muhaddits ulung, mufassir dan seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.

Beliau menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya sekitar 4.000 hadits. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi menghitung ada sebanyak 4241 hadits di dalamnya. Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh as-Suyuthi.

Al-Imam al-Bushiri (w. 840) menulis ziadah (tambahan) hadits di dalam Sunan Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam kitabul khomsah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi) sebanyak 1552 hadits di dalam kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah serta menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’. Oleh karena itu, penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya amatlah urgen dan penting.

Lantas ya mudzabdzab, apakah kau katakan bahwa mereka adalah orang yang merasa lebih alim ketimbang Ibnu Majah!?? Fa la hawla wa quwwata illa billah.

Maka saya katakan : Ya Mudzabdzab. Apakah sekarang kau klaim bahwa salafiyun menganggap ulama hadits kontemporer lebih alim daripada ulama hadits mutoqoddimin? Maka tunjukkan bukti klaim tersebut dan siapakah yang mencela ulama hadits mutoqodimin tersebut. Sesungguhnya salafiyin menganggap orang-orang yang mencela mereka adalah ahlul bid’ah wal ahwa’.


Musnad ialah Susunan kitab hadits berdasarkan riwayat seseorang sahabat, tabiin dan generasi sesudahnya. Dan belum diklasifikasikan dalamnya hadits shahih, hasan atau daif. Nama-nama periwayat dari kalangan sahabat, tabiin itu disusun menurut tertib keislaman, kemasyhuran dan diurut menurut abjad ataupun dengan cara mengikut kabilah, negara kelahiran serta nama keluarga dan sebagainya.

Kitab musnad yang paling masyhur adalah kitab Musnad karangan Imam Ahmad bin Hanbal (w241H), kitab ini mengandungi 30-40 ribu buah hadis. Imam Ahmad menulis musnad ini dengan mendahulukan hadis-hadis Abu Bakar dari pada hadis-hadis sahabat yang lain. Adapun metode penyusunan musnadnya seperti berikut:
  1. Memuatkan hadis-hadis tentang 10 orang sahabat yang dijamin masuk syurga, atau tentang khalifah yang empat. 
  2. Mengikut siapa yang lebih dahulu yang memeluk Islam. 
  3. Melihat siapakah ahli Badar/ Hudaibiah dahulu. 
  4. Melihat siapakah yang memeluk Islam terlebih dahulu ketika pembukaan Kota Mekah. 
  5. Melihat lelaki dahulu perlu diutamakan, manakala dari kalangan wanita pula isteri-isteri nabi diutamakan terlebih dahulu. 
  6. Melihat pada kabilah (Kabilah Bani Hasyim didahulukan)


Al-Mustadrak yaitu kitab hadis yang mengumpulkan hadis-hadis yang tidak disebutkan oleh seseorang pengarang sebelumnya secara sengaja atau tidak. Contohnya kitab Mustadarak al-Hakim setebal 4 jilid di mana hadis-hadis tersebut dikumpul menepati syarat-syarat yang digunakan oleh Bukhari dan Muslim.Kitab ini tidak boleh dibaca begitu sahaja, tetapi mesti bersama dengan takhrijnya oleh al-Zahabi.

Contoh kitab-kitab mustadrak yang lain adalah seperti Mustadrak Hafiz Ahmad al-Maliki.Tujuan penyusunan kitab Mustadarak ialah:Supaya kita tidak menganggap hadis sahih hanyalah apa yang terkandung di dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim saja.


Mustakhraj ialah kitab hadits yang disusun di dalamnya hadis-hadis yang sama lafaznya tetapi sanadnya berbeda di mana sanadnya bertemu dengan syeikh kitab asalnya (gurunya). Atau kitab hadits yang tidak disebutkan sanadnya tetapi perawinya saja dengan tujujuan Supaya hadis-hadis tersebut akan lebih meyakinkan tambahan pula jika lafaznya hampir sama antara satu sama lain. seperti hadis tentang niat. Contoh kitab Mustakhraj ialah Mustakhraj Abu ‘Awanah `Ala Sahih Muslim.

Contoh lain ialah Mustakhraj ala Sahihain:
  1. Mustakhraj atas kitab Sahih Muslim oleh Abu Ja`far bin Hamdan, Abu Bakar al-Jauzaqi, Abi Imran Musa bin Abbas, Abi Said bin Utsman dan sebagainya. 
  2. Mustkhraj ke atas Bukhari sahaja seperti karangan al-Ismaili, Abu Abdillah dan lain-lain. 
  3. Mustakhraj ke atas Bukhari dan Muslim pula seperti Mustakhraj oleh Abi Abdillah, Abi Muhammad al-Khallan, Abi Bakar al-Siraji, dan sebagainya. 
Ada juga Mustakhraj atas al-Tirmizi oleh Abi Ali al-Tusi, Mustakhraj atas Abu Daud, Kitab al-Tauhid karangan Ibn Khuzaimah. Bagaimanapun mereka tidak beriltizam tentang kesahihannya.

Ada juga yang mentakrifkan Mustakhraj yang mana sanadnya bertemu dengan tabi`in tetapi ada iktilaf mengenainya.

Faedah penyusunan kitab Mustakhraj
  1. Ketinggian sanad- ia ditulis untuk menunjukkan sanadnya lebih tinggi dari kitab asal seperti Muslim. Contoh Abu `Awanah dalam kitabnya Mustakhraj Abu ‘Awanah yang mengambil sanad hadis tersebut atas lagi daripada guru Muslim. 
  2. Menunjukkan kekuatan hadis itu. Contohnya jika hadis itu hanya disebutkan di dalam Sunan Abu Daud sahaja, tetapi tidak diriwayatkan oleh orang lain. Sekiranya hadis tersebut terdapat dalam Sunan Abu Daud itu pula bertentangan dengan hadis yang lain, maka ia perlukan penguat. Dengan adanya kitab Mustakhraj, kita dapat mencari penguat-penguatnya yang lain supaya proses pentarjihan dapat dilakukan dengan baik. Oleh itu, kitab Mustakhraj penting sebagai penguat apabila riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat. 
  3. Menerangkan sanad yang tidak jelas. Contohnya pada peringkat permulaan seseorang perawi itu masih kuat ingatannya tetapi semasa menghampiri akhir hayatnya ia menjadi seorang yang mukhtalit (nyanyuk). Dengan itu dapat dipastikan bilakah sesebuah hadis itu diambil samada ketika ingatannya masih kuat atau selepas menjadi nyanyuk. Contohnya perawi Bukhari dan Muslim, Hisyam bin Urwah bin Zubair yang nyanyuk selepas berhijrah ke Iraq. 
  4. Kitab asal riwayat dari mudallis yang dikira daif sekiranya menggunakan lafaz ‘an. tetapi dengan adanya Mustakhraj, adanya sanad lain yang mengunakan lafaz yang menunjukkan dengan jelas yang dia mendengar hadis. 
  5. Riwayat secara mubham- iaitu perawi yang tidak dijelaskan namanya seperti ‘haddatsana rajulun min ahli bait’. Tidak diketahui siapa ‘rajulun’ itu? Nama perawi mubham akan diketahui apabila memeriksa kitab Mustakhraj 
  6. Mengetahui siapakah orang yang disebut namanya secara muhmal tanpa kunyahnya-contoh Muhammad. Muhammad yang mana? 
  7. Isnad asal ada `illah yang sukar untuk diselesaikan tanpa berpandukan kepada riwayat yang bebas `illah. Contohnya perawi tersebut dituduh sebagai Syiah, Irja’dan sebagainya.

Ktab Mu’jam ialah kitab hadits disusun berdasarka nama-nama guru atau syekh hadits, menurut negerin tempat guru yang meriwayatkan hadits atau menurut kabilah dan ditertibkan menurut abajat Di antara kitab mu’jam yang terkenal adalah Mu’jam al-habrani al-kabir dan Mu’jam al-Thabrani al-muthawassit.

Posting Komentar Blogger