INGIN IKLAN ANDA DISINI ? Dapatkan Tawaran Menarik Silahkan Kontak Admin Terima Kasih |
Penjelasan perbuatan Tuhan, kekuasaan
dan perbuatan manusia menurut perspektif aliran kalam - Perbuatan Tuhan menurut aliran
muktazilah, asy’ariyah dan maturidiyah dapat disimpulkan sebagai berikut :
Aliran
Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah sebagai aliran yang bercorak
rasional, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang
dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melakukan
perbuatan butuk.
Tuhan tidak
melakukan perbuatan buruk karena ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk
itu. Di dalam Al-qur’an dijelaskan dikatakan bahwa Tuhan tidaklah berbuat
zalim.
Aliran
Asy’ariyah
Menurut aliran Asy’ariyah, faham kewajiban Tuhan
berbuat baik dan terbaik bagi manusia (ash-shalah
wa al-ashlah), sebagaimana dikatakan aliran Mu’tazilah, tidak dapat diterima karena bertentangan dengan faham
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
Hal ini
ditegaskan Al-Ghazali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat
baik dan terbaik bagi manusia. Dengan demikian, aliran Asy’ariyah tidak menerima faham Tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan
yang berbuat sekehendak hati-Nya terhadap makhluk.
Aliran
Maturidiyah
Aliran Maturidiyah Samarkand, yang juga
memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian,
Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia.
Adapun Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan
yang sama dengan Asy’ariyah mengenai faham bahwa Tuhan tidak mempunyai
kewajiban. Namun, sebagaimana dijelaskan oleh Badzawi, Tuhan pasti menepati
janji-Nya, seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik, walaupun Tuhan
mungkin saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besar.
Menurut aliran jabariyah, aliran
qadariyah, aliran as’ariyah dan menurut aliran maturidiyah kehendak, kekuasaan
dan perbuatan manusia dapat disimpulkan sebagai berikut :
Aliran
Jabariyah
Jabariyah Ekstrim berpendapat
bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari
kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Misalnya,
kalau seorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas kehendak
sendiri, tetapi timbul karena qada dan qadar Tuhan yang menghendaki demikian.
Adapun Jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik
perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi diri manusia mempunyai efek untuk
mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab (acquisition). Menurut faham kasab, manusia tidak majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak
seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan, tetapi manusia itu memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan.
Alirah
Qadariyah
Aliran Qadariyah menyatakan bahwa segala
tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik
berbuat baik maupun berbuat jahat. Karena itu, ia berhak mendapatkan pahala
atau kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas
kejahatan yang diperbuatnya.
Aliran
Asy’ariyah
Dalam faham Asy’ari, manusia ditempatkan pada posisi
yang lemah. Ia diibaratkan anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, aliran ini lebih dekat dengan faham Jabariyah daripada dengan faham Mu’tazilah. Untuk menjelaskan dasar
pijakannya, Asy’ari, pendiri aliran Asy’ariyah,
memakai teori al-kasb (acquisition,
perolehan).
Segala sesuatu
terjadi dengan perantaraan daya yang diciptakan, sehingga menjadi perolehan
bagi muktasib yang memperoleh kasab
untuk melakukan perbuatan. Sebagai konsekuensi dari teori kasb ini, manusia kehilangan keaktifan, sehingga manusia bersikap
pasif dalam perbuatan-perbuatannya.
Aliran
Maturidiyah
Ada perbedaan
antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara mengenai perbuatan
manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham Mu’tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy’ariyah. Kehendak dan daya berbuat
pada diri manusia, menurut Matudiriyah
Samarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, dan
bukan arti kiasan.
Posting Komentar Blogger Facebook