INGIN IKLAN ANDA DISINI ?
Dapatkan Tawaran Menarik
Silahkan Kontak Admin
Terima Kasih


Menelusuri Peradaban Islam Turki UsmaniTurki Usmani adalah kerajaan Islam yang berpusat di Istambul Turki, menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar pasca mundurnya Daulah Abbasyiyah di Baghdad, di samping kerajaan Syafawi dan Mughal. Kerajaan Turki Usmani pernah menempatkan diri sebagai Negara adidaya setelah bisa menaklukan Byzantium pada 1453 M. Bagi Turki Usmani Byzantium memiliki peran penting dalam pengembangan wilayah Islam. 

Daulah Turki Usmani berkuasa selama lebih kurang 6 (enam) abad, kekuasaannya meliputi sebagian Eropa, Afrika dan juga Asia praktis bisa dibilang Daulah Turki Usmani menguasai tiga benua. Masa kejayaan Daulah Turki Usmani ada pada masa kekuasaan Sulaiman I yaitu pada tahun 1520 - 1566 M, perang yang berlangsung antara Turki Usmani dengan Bangsa Eropa di masa Sultan Sulaiman II memperlemah kerajaan. Juga pemberontakan pemberontakan internal yang terus berlangsung semakin menambah buruk kekuasaan Turki Usmani, hingga akhirnya kerajaan Turki Usmani dapat dikalahkan oleh bangsa Eropa. Berakhirnya kerajaan Turki Usmani ditandai dengan berdirinya Republik Turki


http://www.ponpeshamka.com
Kerajaan Turki Usmani berasal dari salah satu suku di Turki Barat yaitu suku Kayi, saat Jengis Khan melakukan penyebuan dan penyerangan di wilayah Turkistan yang didiami suku Kayi. Sulaiman Syah pemimpin suku Kayi,meminta perlindungan dari penguasa Tansoksania bernama Jalaluddin Mungurbiti bin Khawarizmi, namun pada akhirnya Transoksania juga bisa dikuasai tentara Mongol. Sulaiman Syah lalu memimpin anggotanya untuk pergi ke Kurdistan dan ke Azerbaizan tepatnya di perbatasan Asia kecil. Di daerah inilah mereka menetap dan melakukan aktifitas kehidupan.

Sulaiman Syah berusaha memasuki wilayah Syam, namun saat menyeberangi sungai Eufrat datang banjir hingga ia meninggal dunia. Sulaiman Syah memiliki empat orang putera Sankurtakin, Togdai, Ertoghrul dan Dandan. Sepeninggal Sulaiman Syah anggotanya terbagi dalam dua kelompok yaitu yang ingin kembali ke daerah asal diikuti dua putera Sulaiman Syah yaitu Sankurtakin dan Tongdai, dan yang ingin melanjutkan ke wilayah Asia kecil diikuti oleh Ertoghrul dan Dandan . Kelompok yang ingin melanjutkan ke Asia kecil mengangkat Ertoghrul putera ketiga dari Sulaiman Syah sebagai pemimpin baru mereka hingga akhirnya mereka menetap di Anatolia. 

Ketika terjadi pertempuran antara pasukan Sultan Alaudin I dari bani Saljuk Rum dengan kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) maka Ertoghrul dan para pengikutnya membantu pasukan Alaudin I hingga mencapai kemenangan, atas bantuannya ini Alaudin I sangat berterima kasih dan memberi hadiah pada Ertoghrul dan kelompoknya berupa daerah di pegunungan Ermenia dan lembah Saguta di sepanjang sungai Sakaria. Ertoghrul dan pasukannya mendapat tugas dari Alaudin I untuk menaklukan dan menguasai daerah pesisir Laut Hitam, ke Brussa hingga Eskisher. Pasukan Ertoghrul oleh Alaudin I diberi gelar “Muqaddamah Sultan” (tentara pelopor sultan), sedangkan Ertoghrul sendiri mendapat gelar “Sultan Oki” (kening sultan).

Ertoghrul pada tahun 1288 M meninggal dunia oleh Alaudin I diangkatlah puteranya yang bernama Usman sebagai penggantinya, karena kesetiaannya Alaudin I memberinya gelar Bey pada Usman dan diberikan daerah yang lebih luas serta dapat memakai mata uang sendiri, bahkan namanya juga disebut dalam setiapkhutbah jum’at. Pada tahun 1299 M Ghazan Khan dari Mongol menyerang Seljuk Rum tetapi serangan itu bisa digagalkan oleh Usman, tak berapa lama dari peristiwa itu Sultan Alaudin I meninggal dunia, sementara Sultan Alaudin I tidak memiliki putera yang pantas mengantikan kedudukannya. peristiwa ini dimanfaatkan oleh Usman untuk menyatakan diri sebagai ‘Padishah Al Usmaniyah (Raja keluarga Usman) yang juga mendapat dukungan penuh dari rakyat. Dengan demikian berdirilah kerajaan Usmani dan ibukota kerajaan Usmani pertama di Qurah Hisyar(Iskisyiyar)


a. Usman yang kemudian disebut dengan Usman I (1299-1326 M/699-726 H Sebagai pendiri kerajaan Turki Usmani yang mencanangkan kerajaan dibangun atas sendi sendi persatuan suku Turki. Usman membangun tentara yang bejuang atas nama Allah SWT sering disebut dengan al-Ghazi yang terdiri dari akhl atau ikhwan (pesaudaraan) Tarekat Baktasyi. Pada masa kekuasaannya berhasil membebaskan daerah Bursa kota di tepi laut Marmara.

b. Orkhan (1326-1360 M/726-761 H). Setelah menggantikan ayahandanya Orkhan memindahkan kerajaan dari Qurah Hisyar (Iskisyiyar) ke Bursa. Pada masa kekuasaan Orkhan bergabunglah wilayah Turkeman, kemudian perluasan wilayah dilanjutkan ke Nicaea (1331), Nicomedia (1337), Scutari (1338), ia juga bisa mengontrol wilayah teluk Edremit. Orkhan juga berhasil mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri) yang ia berikan jabatan itu pada adiknya Alauddin. Tentara di era Orkhan dibentuk dengan sistem yang sangat rapi dan teratur. ia bentuk juga tentara khusus dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari.

c. Murad I (1360-1388 M/761-791 H). Murad I adalah putera kedua dari Orkhan ia mengantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa karena putera pertama Orkhan yaitu Sulaiman yang meninggal terlebih dahulu. Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan, dan tekun menjalankan agama, dia mencintai peraturan dan selalu memegang teguh peraturan itu, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya, Di sekelilingnya terdapat sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer yang selalu ia ajak untuk bermusyawarah. 

Dia juga berhasil meluaskan wilayahnya dia Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia menaklukkan Adrianopel (yang kemudian berubah nama menjadi Edirne), dan dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru, serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta restu dari Paus Urbanus V untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa.

Murad I menghadapi serangan Eropa Pertama serangan dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja Bosnia bermaksud menyerang Andrianopel. Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki. Kedua serangan dari kerajaan Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan yang dibantu oleh kerajaan kerajaan Eropa lainnya peperangan ini dimenangkan pasukan Murad I lagi. Setelah kemenangan di Kosovo, Sultan Murad I melakukan inspeksi di medan perang. Dia berkeliling di antara deretan korban kaum muslimin yang wafat dan berdoa untuk kebaikan mereka.Padasaat itulah seorang tentara Serbia yang berpura-pura mati segera berlari ke arah Sultan Murad I. para pengawal berhasil menangkapnya, akan tetapi tentara ini berpura berbicara kepada Sultan. Mendengar demikian, Sultan memberikan isyarat kepada para pengawalnya untuk melepaskannya. Tentara serbia itu lalu mencium tangan sultan dan dengan cepat ia mengeluarkan pisau beracun dan menikam sultan. Akhirnya Sultan Murad I meninggal dengan syahid pada 15 Syaban 791 H.

d. Bayazid (1388-1403 M/791-817 H). Menggantikan kedudukan ayahanya Murad I, dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perluasan wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-negara Kristen Anatolia. 

Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua front Balkan dan Anatolia. Oleh karenaitu dia diberi gelar “Yaldrum”/kilat.Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib. 

Atas keberhasilannya itu Bayazid berkeinginan mengambil alih Konstatinopel dan menjadikan target utama dalam perluasan wilayah berikutnya, oleh karena itu dia bergerak bersama pasukannya dengan sangat rapi untuk melakukan pengepungan atas Konstatinopel. Hal ini terus berlangsung hingga kota ini hampir saja bisa dikuasai, tiba-tiba Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Usmaniyah.Bahaya baru itu adalah adanya serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk. 

Pada peperangan melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M. kekalahan Bayazid dalam peperangan menghadapi Timur Lenk disebabkan karena tergesa-gesa dalam mengatur strategi perang, dan kurang persiapan untuk memilih pasukannya dengan baik.


a. Muhammad I (1403-1421 M / 817-824 H). Muhammad I adalah putera bungsu dari Bayazid, setelah berkuasa menggantikan ayahnya ia mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan keadaan Turki Usmani dari upaya pemecah belahan yang dilakukan oleh Timur Lenk. Ia berhasil menundukan saudaranya Isa yang berkuasa di Brussa dan Sulaiman yang berkuasa di Andrianopel serta Mustafa yang menuntut haknya sebagai penguasa karena merasa sebagai putera tertua, pasukan Mustofa dapat dikalahkan di Soloniki dan melarikan diri ke Byzantium. 

Strategi berikutnya adalah dengan berdamai pada penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud agar kedua negeri ini tidak mengganggu kerja utamanya yaitu mendamaikan kekhalifahan Usmani. Upaya yang ia lakukan selanjutnya adalah dengan menundukkan kembali negeri negeri di Asia Kecil yang telah dimerdekakan Timur Lenk. 

Sulthan Muhammad I mampu menumpas gerakan Syaikh Badruddin yang menyerukan persamaan dalam harta benda dan agama serta tidak membedakan antara seorang muslim dan non muslim dalam akidah. Berkat usahanya yang gigih, Muhammad I berhasil mengangkat citra Daulah Usmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat. dan disaat rakyat mendapat seorang penguasa yang sesuai dengan harapan, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I wafat.

b. Murad II (1421-1451 M/824-855 H). Saat menggantikan ayahandanya Muhammad I usianya baru 18 tahun dia sangat mencintai jihad dijalan Allah SWT dan dakwah, dia juga dikenal sebagai penyair dan orang yang mencintai ulama. Cita-cita Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Prioritas utama perjuangannya adalah menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya,yaitu daerah Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh, dan Hongaria.

Serangan gabungan dari raja raja Eropa seperti Maghyar (Hungaria), Polandia, Perancis, Jerman, Venesia, Genoa, Falakh, Bosnia dan Sebia tidak mampu dibendung pasukan Murad II dan berakhir di perundingan damai yang isinya negeri Serbia medeka kembali, Falakh berada ditangan kekuasaan Maghyar, dan kedua belah pihak tidak akan berperang selama 10 tahun.

Setelah semakin bertambahnya beberapa daerah dibawah kekuasaan tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali mendapat kemenangan dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.

c. Muhammad II Al-Fatih (145-1481 M / 855-884 H). Al-Fatih adalah gelar beliau karena berhasil menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al Fatih diangkat menjadi penguasa setelah kematian ayahnya ketika itu umurnya 22 tahun. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya. Muhammad II Al-Fatih mempunyai kepribadian yang baik dan menawan, mampu menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Semenjak muda, beliau mampu menjadi pemenang di antara teman-temannya dalam penguasaan ilmu yang ia pelajari di sekolah istana, menguasai banyak bahasa yang berlaku pada masanya dan sangat tertarik untuk mengkaji buku-buku sejarah. 

Menurut Hamka ada tiga alasan mengapa umat Islam ingin menaklukan Konstantinopel : Pertama dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw ; “Pada suatu saat kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh umat Islam dan sebaik baiknya pemimpin adalah yang menaklukannya dan sebaik baik pasukan adalah pasukannya”. Kedua Konstantinopel adalah termasuk pusat peradaban dunia dan Ketiga Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan, penghubung antara Eropa dan Asia. 

Muhammad II Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel dengan perencanaan dan persiapan yang matang dan juga strategi yang baik pertama Muhammad II Al Fatih mengadakan perjanjian damai dengan raja raja Maghyar, Bosnia, dan Venesia, kedua membuat benteng yang kokoh di selat Bosphorus atau benteng Rumli Haisar (benteng Rum) yang berhadapan langsung dengan benteng Kuzal Hisar (benteng yang indah) upaya ini dilakukan untuk menutup akses bantuan dari luar atas Konstantinopel, ketiga mengadakan penyelidikan akan kekuatan dan kelemahan benteng Konstantinopel dan keempat mengutus Tharkhan Pasya untuk menemui dua orang saudara kandung kaisar Konstantin yang menjadi penguasa Mora agar tidak bisa membantu kaisar Konstantin. 

Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukanlah pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam pada 29 Mei 1453 M dan Kaisar Konstantin Palaelagos tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang kemudian dikenal dengan nama Istambul.

d. Bayazid II (1481-1512 M/884-918 H). Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid penguasa yang sangat lemah sehingga banyak menimbulkan kekacauan di dalam negeri, praktis di masanya tidak ada perubahan mendasar.

e. Sallim I (1512-1520 M/918-926H).Berbeda dengan masa pemerintahaan ayahnya Bazayid II, Sallim Idapat mengangkat citra daulah Turki Usmani kembali. Dimasa pemerintahannya banyak yang dilakukan pertama, mengatasi saudaranya yang punya keinginan untuk berdiri sendiri, kedua mengalahkan daulah Syafawiyah yang berpusat di Iran, ketiga dapat memperluas wilayah ke kota Mardin, Qurfa, Riqqah, Mousul dan juga Diyarbekr, keempat mengalahkan kerajaan Mamluk di Mesir dengan raja terakhirnya Thuman Bey, kelima mendapatkan tanda tanda kebesaran Khalifah Abbasyiyah di Mesir seperti bendera, burdah dan pedang Nabi Muhammad saw yang kemudian di bawa ke Istambul secara otomatis Syam, Mesir dan Hijaz berada dalam kekuasaannya, keenam pasukan yang dikirim dengan panglimanya Barbarossa bisa menguasai Aljazair. Dari apa yang telah sultan Sallim I lakukan ia dekenal sebagi Padisyah Turki Usmani.

f. Sulaiman I/Sulaiman al Qonuni (1520-1566 M/927-974 H)Sulaiman I naik tahta saat Turki Usmani mengalami puncak kejayaan, peristiwa penting di masa kepemimpinannya, ialah upaya penyempurnaan undang-undang Turki Usmani akhirnya disusunlah kitab standar tentang perundang-undangan yang ditulis oleh Ibrahim al Halabi. Sulaiman I deberi gelar al-Qonuni atau the Magnificent “pembuat undang-undang”, karena jasanya meletakkan dasar hukum bagi daulah Turki Usmani dan yang paling lama memerinyah.Kitab undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Selain itu Sulaiman I melakukan pembangunan Masjid Sulaiman, 81 masjid jami’, 52 masjid kecil, 55 madrasah, 7 asrama pelajar, 5 buah takiah (tempat memberi makan fakir miskin), 7 jembatan, 33 istana, 18 pesanggrahan, 5 museum dan 33 tempat mandi umum.


Kemunduran daulah Turki Usmani ditandai dengan semakin kuatnya kerajaan kerajaan di Eropa, hal ini disebabkan karena lemahnya para penguasa dan kekacauan yang ditimbulkan oleh pasukan Inkisyariah serta ancaman dari kerajaan – kerajaan di eropa. Penguasa era kemunduran ini antara lain Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Mustafa I, Utsman II, Murad IV, Ibrahim I, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II hingga terakhir masa kekuasan Abdul Hamid II.Pemerintahan daulah Usmani berakhir pada 1909 H, dan kemudian benar-benar dihapuskan pada 1924 H. Setidaknya ada tiga sebab yang menjadi penyebab runtuhnya daulah Usmani kebanggaan, antara lain :
Pertama : Kondisi Pemerintahan yang Lemah dan Kemorosotan Akhlak. Turki mulai mengalami kemunduruan setelah terjangkit penyakit yang menyerang bangsa-bangsa besar sebelumnya, yaitu : cinta dunia dan pola hidup mewah, sikap iri hati, saling membenci, dan terjadinya penindasan. Pejabat pemerintahan terpuruk karena suap dan korupsi. Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan jabatannya untuk sekedar menyenangkan penguasa dan penumpuk harta. Begitu pula rakyat yang terus menerus tenggelam dalam kemewahan dan kesenangan hidup, meninggalkan pemahaman nilai nilai agama.

Kedua : Serangan dan pertempuran militer dari Eropa. Sebelum terjadinya Perang Dunia I yang menghancurkan Turki, upaya penyerangan dari Raja Eropa ke Turki sebenarnya sudah dimulai pada akhir abad 16, dimana saat itu keluar statement yang menyatakan bahwa : ”Sri Paus V, raja Perancis Philip dan republik Bunduqiyah sepakat untuk mengumumkan perang ofensif dan defensif terhadap orang-orang Turki untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai Turki seperti Tunisia, Al-Jazair dan Taroblush”. Sejak itulah Turki melemah karena banyaknya pertempuran yang terjadi antara mereka dan negara-negara Eropa.Puncak dari semua itu adalah keterlibatan Turki dalam Perang Dunia I pada 2 Agustus 1914 atas rencana busuk dari Mustafa Kamal, dan mengakibatkan Turki kehilangan segala-galanya, dimana militer penjajah akhirnya memasuki Istambul. 

Ketiga : Gerakan Oposisi Sekuler dan Nasionalis. Selain serangan konspirasi dari luar, kekhalifahan Utsmaniyah juga menerima perlawanan oposisi dari organisasi sekuler dan nasionalis yang sempit, seperti Organisasi Wanita Turki dan Organisasi Persatuan dan Kemajuan yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Ataturk. Dalam perjuangannya, mereka banyak bekerja sama dengan negara Eropa untuk mewujudkan keinginan mereka menghilangkan kekhalifahan.Puncaknya apa yang terjadi pada tahun 1909 M, dengan dalih gerakan mogok massal, organisasi Persatuan dan Kesatuan berhasil memasuki Istambul, menyingkirkan khalifah Abdul Hamid II dan melucutinya dari pemerintahan dan keagamaan dan tinggal menjadi simbol belaka. Tidak cukup itu, pada 3 Maret 1924, badan legislatif mengangkat Mustafa Kamal sebagai presiden Turki dan membubarkan khilafah Islamiyah. Tidak lama setelah itu, Khalifah Abdul Hamid dan keturunannya diusir dari Turki dan aset kekayaannya disita oleh Negara.


Sulaiman Al Qonuni sejarah Islam mencatat kiprah dan pejuangannya dengan tinta emas sebagai penguasa Muslim tersukses. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani Turki itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia -- baik di dunia Islam maupun Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.

Pemimpin Muslim yang didapuk peradaban Barat dengan gelar 'Solomon the Magnificient' atau 'Solomon the Great' itu adalah Sultan Sulaeman I. Sulaeman pun tersohor sebagai negarawan Islam yang terulung di zamannya. Kharismanya yang begitu harum membuat Sulaeman dikagumi kawan dan lawan. Di masa kekuasaannya, Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki kekuatan militer yang sangat tangguh dan kuat.

Sultan Sulaiman pun begitu berjasa besar penyebaran agama Islam di daratan Eropa. Ketika berkuasa, Sulaiman Agung - begitu orang Barat menjulukinya - berhasil menyemaikan ajaran Islam hingga ke tanah Balkan di Benua Eropa meliputi Hongaria, Beograd, dan Austria. Tak cuma itu, dia pun sukses menyebarkan ajaran Islam di benua Afrika dan kawasan Teluk Persia.

Gelar Al-Qanuni yang melekat pada nama besarnya dianugerahkan atas jasanya dalam menyusun dan mengkaji sistem undang-undang Kesultanan Turki Usmani. Tak hanya menyusun, Sultan Sulaiman pun secara konsisten dan tegas menjalankan undang-undang itu. Sulaiman menerapkan syariah Islamiyah dalam memimpin rakyat yang tersebar di Eropa, Persia, Afrika, serta Asia Tengah.

Salah satu upaya penting yang dilakukan Sulaiman agar pemerintahannya kuat dan dicintai rakyat adalah dengan mememilih gubernur yang benar-benar berkualitas. Ia memilih gubernur yang mewakilinya di setiap provinsi dengan selektif dan ketat. Popularitas dan status sosial tak menjadi syarat dalam mencari kandidat gubernur. Agar tak kecolongan, ia sendiri yang turun langsung menyelidiki jejak rekam serta kepribadian setiap calon gubernur.

Hasilnya sungguh memuaskan. Setiap gubernur yang dipilih dan dilantiknya adalah sosok pemimpin yang besih dan benar-benar berkualitas. Itulah mengapa, wilayah kekuasaan Usmani Turki yang begitu luas bisa bersatu dan tumbuh dengan pesat menjadi sebuah kekuatan yang sangat diperhitungkan di dunia. Syariat Islam pun bisa dijalankan dengan baik.

Sulaiman pun dikenal sebagai pemimpin yang turut memajukan kebudayaan. Ia mencinta seni dan kebudayaan. Selain menduduki tahta kesultanan, Sulaiman pun dikenal sebagai salah seorang penyair yang hebat dalam peradaban Islam. Pada era kekuasaannya, Istanbul - ibukota Usmani Turki menjelma menjadi pusat kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Inilah periode yang paling kreatif dalam sejarah kesultanan Usmani.

Masa pemerintahannya terbilang sangat panjang, jika dibandingkan Sultan-Sultan Ottoman lainnya. Selama berkuasa selama 46 tahun, Sultan Sulaeman begitu banyak mencapai kemenangan dalam berbagai peperangan. Sehingga, wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani terbentang dari Timur ke Barat.

Kecintaannya pada ilmu pengetahuan diwujudkannya dengan mendirikan Universitas As-Sulaimaniyah. Sama seperti halnya pembangunan masjid Agung Sulaiman, pembangunan perguruan tinggi itu dilakukan oleh arsitek ulung bernama Mimar Sinan. Sultan Sulaiman pun sempat menulis salinan Alquran dengan tangannya sendiri. Kini, salinan Alquran itu masih tersimpan di Masjid Agung Sulaiman.

Dia dikenal juga sebagai seorang pemerintah pemerintah yang amat luar biasa. Keberhasilannya dalam menyusun kembali undang-undang yang pertama kali dibuat oleh Sultan Muhammad II alias Mehmet II merupakan salah satu pencapaiannya yang paling prestisius. Wilayah kekuasaannya pun begitu luas.

Posting Komentar Blogger