INGIN IKLAN ANDA DISINI ? Dapatkan Tawaran Menarik Silahkan Kontak Admin Terima Kasih |
Memahami Ayat Tentang Berkompetensi Dalam Kebaikan - Al-Baqarah
; 148
وَلِكُلٍّ
وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ
بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(148)
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ
اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ
وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ(32)
Artinya
:
Kemudian
Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(97)
Artinya :
Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Setelah
ayat-ayat yang lalu menyampaikan ancaman bagi yang durhaka dan janji bagi yang
taat, ayat ini menampilkan prinsip yang menjadi dasar bagi pelaksanaan janji
dan ancaman itu. Prinsip tersebut berdasar keadilan, tanpa membedakan seseorang
dengan yang lain kecuali atas dasar pengabdiannya. Prinsip itu adalah “barang
siapa yang mengerjakan amal shaleh, apapun jenis kelaminnya, baik laki-laki
maupun perempuan, sedang dia adalah mukmin, yakni amal yang dilakukannya lahir
atas dorongan keimanan yang shahih, maka sesungguhnya pasti akan Kami berikan
kepadanya masing-masing kehidupan yang baik di dunia ini dan sesungguhnya akan
Kami berikan balasan kepada mereka semua di dunia dan di akhirat dengan pahala
yang lebih baik dan berlipat ganda dari apa yang telah mereka kerjakan.
Kata “shalih”
difahami dalam arti baik, serasi atau bermanfaat dan tidak merusak. Seseorang
dinilai beramal shaleh, apabila ia dapat memelihara nilai-nilai sesuatu
sehingga kondisinya tetap tidak berubah sebagaimana adanya dan dengan demikian
sesuatu itu tetap berfungsi dengan baik dan bermanfaat. Dicakup juga oleh kata
beramal shaleh upaya seseorang menemukan sesuatu yang hilang atau berkurang
nilainya, tidak atau kurang berfungsi dan bermanfaat, lalu melakukan aktivitas
(perbaikan) sehingga yang kurang atau hilang itu dapat menyatu kembali dengan
sesuatu itu. Yang lebih baik dari itu adalah siapa yang menemukan sesuatu yang
telah bermanfaat dan berfungsi dengan baik, lalu ia melakukan aktivitas yang
melahirkan nilai tambah bagi sesuatu itu, sehingga kualitas dan manfaatnya
lebih tinggi dari semula.
Al-Qur’an tidak
menjelaskan tolok ukur pemenuhan nilai-nilai atau kemanfaatan atau ketidakrusakan
itu. Para ulama pun berbeda pendapat. Muhammad Abduh misalnya mendefinisikan
amal shaleh sebagai “segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga,
kelompok dan manusia secara keseluruhan”. Al-Zamakhsyari, berpendapat bahwa
amal shaleh adalah “segala perbuatan yang sesuai dengan dalil akal, al-Qur’an
dan atau sunnah Nabi Muhammad SAW”.
Al-Qur’an,
walau tidak menjelaskan secara tegas apa yang dimaksud dengan amal shaleh,
tetapi apabila ditelusuri contoh-contoh yang dikemukakannya tentang al-fasad
(kerusakan) yang merupakan antonim dari keshalehan, maka paling tidak kita
dapat menemukan contoh-contoh amal shaleh.
Kegiatan yang
dinilai al-Qur’an sebagai perusakan antara lain adalah : a) perusakan tumbuhan,
generasi manusia dan keharmonisan lingkungan, seperti yang diisyaratkan oleh ;
QS. Al-Baqarah ; 205, b) keengganan menerima kebenaran; QS. Ali-Imran ; 63, c)
perampokan, pembunuhan dan gangguan keamanan ; QS. Al-Maidah : 32, d)
pengurangan takaran, timbangan dan hak-hak manusia ; QS. Al-‘Araf : 85, e)
memecah belah kesatuan ; QS. Al-Anfal : 73, f) berfoya-foya dan bermewah-mewah
; QS. Hud : 116, g) pemborosan : QS. Al-Syuara’ : 152, h) makar dan penipuan ;
QS. Al-Naml : 49, i) pengorbanan nilai-nilai agama ; QS. Ghafir : 26, j)
kesewenang-wenangan ; QS. Al-Fajr : 11-12 dan lain-lain.
Usaha untuk
menghindari dan mencegah hal-hal diatas merupakan bagian dari amal shaleh.
Semakin besar usaha tersebut, semakin tinggi nilai kualitas hidup manusia.
Demikian sebaliknya. Tentu saja yang disebut di atas adalah sekedar
contoh-contoh. Sungguh sangat luas lapangan amal shaleh yang terbentang di bumi
ini.
Kata “وهو مؤمن” menggarisbawahi syarat mutlak bagi
penilaian keshalehan amal. Keterkaitan amal shaleh dan iman menjadikan pelaku
amal shaleh melakukan kegiatannya tanpa mengandalkan imbalan segera, serta
membekalinya dengan semangat berkorban dan upaya beramal sebaik mungkin.
Setiap amal
yang tidak dibarengi dengan iman, maka dampaknya hanya sementara. Dalam
kehidupan di dunia ini terdapat hal-hal yang kelihatan sangat kecil, bahkan
boleh jadi tidak terlihat oleh pandangan, tetapi justru merupakan unsur asasi
bagi sesuatu. Setetes racun yang diletakkan di gelas yang penuh air, tidaklah
mengubah kadar dan warna cairan gelas itu, tetapi pengaruhnya sangat fatal.
Kekufuran/ketiadaan iman yang bersemai di hati orang kafir, bahkan yang mengaku
muslim sekalipun, merupakan nilai yang merusak susu sebelanga atau racun yang
mematikan. Karena itulah sehingga berkali-kali al-Qur’an memperingatkan
pentingnya iman menyertai amal, karena tanpa iman kepada Allah SWT amal-amal
ini akan menjadi sia-sia belaka. Allah menegaskan :
“Dan Kami hadapi segala amal (baik) yang
mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”.
(QS. Al-Furqan : 23)
Kata
“thayyibah” yang dirangkai dengan “hayat thayyibah” bermakna dengan kehidupan
yang baik disini mengisyaratkan bahwa yang bersangkutan memperoleh kehidupan
yang berbeda dengan kehidupan orang kebanyakan. Yang perlu digarisbawahi disini
adalah “hayat thayyibah” itu bukan berarti kehidupan mewah yang luput dari
ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan serta
kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah.
Dengan demikian
yang bersangkutan tidak merasakan takut yang mencekam atau kesedihan yang
melampaui batas, karena dia selalu menyadari bahwa pilihan Allah SWT adalah
yang terbaik dan dibalik segala sesuatu ada ganjaran yang menanti. Seorang yang
durhaka, walau ia kaya tidak pernah merasa puas, selalu ingin menambah sehingga
selalu merasa miskin dan selalu diliputi oleh kegelisahan, rasa takut tentang
masa depan dan dari lingkungannya. Dari sini dia tidak menikmati “hayat
thayyibah” itu. Masih ada sekian pendapat lain tentang makna “hayat thayyibah”
dimaksud, misalnya kehidupan di sorga kelak, atau di alam barzakh atau
kehidupan yang diwarnai oleh qana’ah (rasa puas dengan perolehan) atau rezki
yang halal. Hemat penulis, makna-makna tersebut merupakan bagian dari kehidupan
yang baik itu. Siapa yang memperoleh kehidupan yang baik seperti pendapat
pertama, niscaya dia akan memperoleh semua apa yang disebut “hayat thayyibah”.
Ayat ini
merupakan salah satu ayat yang menekankan persamaan antara pria dan wanita.
Sebenarnya kata “مَنْ”
yang terdapat pada awal ayat ini sudah menunjukkan kedua jenis kelamin laki-laki dan perempuan tetapi guna penekanan dimaksud, sengaja ayat ini
menyebut secara tegas kalimat “baik laki-laki maupun perempuan”. Ayat ini juga
menunjukkan betapa kaum perempuan pun dituntut agar terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri dan keluarganya, maupun
untuk masyarakat dan bangsanya, bahkan kemanusiaan seluruhnya.
Demikianlah tafsiran ayat Alqur'an mengenai Memahami Ayat Tentang Berkompetensi Dalam Kebaikan, semoga bermanfaat.
Posting Komentar Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.