INGIN IKLAN ANDA DISINI ?
Dapatkan Tawaran Menarik
Silahkan Kontak Admin
Terima Kasih


TOKOH ULAMA PENTADWIN DAN PENTAKHRIJ HADISImam Bukhari (194 – 256 H = 810 M– 870 M). Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah, adalah ulama hadis yang sangat masyur, kelahiran Bukhara suatu kota do Uzbekistan, wilayah Uni Soviet, yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia dan Tiongkok. Beliau lebih terkenal dengan Bukhari (putra daerah Bukhara). Beliau dilahirkan setelah shalat Jum’at, tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). 

http://www.ponpeshamka.com/2015/10/tokoh-ulama-pentadwin-dan-pentakhrij.html
Nenek moyang beliau bernama Al-Mughirah ibn Bardizbah, konon adalah seorang majusi yang kemudian menyatakan keislamannya di hadapan walikota yang bernama Al-Yaman ibn Ahnas Al-Ju’fy, yang karena itulah kemudian beliau dinasabkan dengan Al-ju’fy atas dasar wala’ al-Islam. Bapaknya, Isma’il, adalah seorang ulama hadis juga yang mempelajari materi ini di bawah bimbingan sejumlah tokoh ulama termahsyur; Malik ibn Anas, Hammad ibn Zayd dan Ibnu Mubarak.

Sejak umur kurang lebih 10 tahun, sudah mempunyai perhatian dalam ilmu-ilmu hadis, bahkan sesudah mempunyai hafalan hadis yang tidak sedikit jumlahnya. Pada usia 16 tahun Imam Bukhari telah berhasil menghafalkan beberapa buah buku tokoh ulama pertama yang prominen, seperti Ibnu Mubarak, Waki’, dan lain-lain. Beliau merantau ke negeri Syam, Mesir Jazirah sampai dua kali, ke Bashrah empat kali, ke Hjaz bermukim 6 tahun dan pergi ke Baghdad bersama-sama para ahli hadis yang lain sampai delapan kali. Menurut pengakuannya, Kitab hadis yang ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak kurang dari 1.080 orang guru hadis.

Pada suatu ketika, ketika beliau pergi ke Baghdad, para ulama hadis di Baghdad bersepakat menguji ulama muda yang dimulai menanjak namanya. Mereka terdiri dari 10 orang yang masing-masing akan mengutarakan 10 hadis yang susunan sanad dan matanya telah ditukar-tukar kepada beliau. 

Imam Bukhari diundang pada suatu pertemuan umum yang dihadiri juga oleh muhaddistin dari dalam dan luar kota. Bahkan diundang pula ulama dari Khurasan. Satu demi satu dari 10 ulama ahli hadis mengemukakan hadis yang telah mereka persiapkan. Jawaban beliau terhadap setiap hadis yang dikemukakan mulai dari penanya pertama adalah “Saya tidak mengetahuinya”. Mereka yang merencanakan pengujian itu, mengambil kesan bahwa hafalan dan pengetahuan Imam Bukhari tentang hadis minim dan lemah serta jelek sekali.

Setelah semua selesai membacakannya, kemudian Imam Al-Bukhari menerangkan dan membetulkannya, dan kemudian mengembalikan sanad-sanad yang sudah diacak itu sesuai dengan matan awal. Para ulama yang hadir tercengang dan terpaksa harus mengakui kepandaian, ketelitian dan hafalannya dalam ilmu hadis.

Beliau telah memperoleh hadis dari beberapa huffadh, antara lain Maky ibn Ibrahim, ‘Abdullah ibn ‘Usman Al-Mawazy, ‘Abdullah ibn Musa Al-‘Abbasy, Abu ‘Ashim Al-Syaibany dan Muhammad ibn ‘Abdullah Al-Anshari.

Sedangkan para ulama besar yang pernah mengambil hadis dari beliau, antara lain Imam Muslim, Abu Zur’ah, Al-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Al-Nasa’i.
1.      Al-Jami’ Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashr min Umur Rasulillah wa Sunahih wa Ayyamihi atau biasa disebut “Shahih Al-Bukhari”. Yakni kumpulan hadis-hadis shahih yang beliau persiapkan selama 16 tahun. Beliau sangat berhati-hati menuliskan setiap hadis pada Kitab ini, ternyata setiap hendak mencantumkan dalam Kitabnya, beliau lebih dulu mandi dan shalat sunnah dan beristikharah minta petunjuk kepada Tuhan tentang hadis yang akan ditulisnya. Ini bukan satu-satunya cara untuk menentukan keshahihan hadis secara ilmiah, namun lebih dari itu, seluruh ulama Islam di seluruh penjuru dunia, setelah mengadakan penelitian sanad-sanadnya mengakui, bahwa seluruh sanad-sanadnya adalah tsiqah. Walaupun ada beberapa buah saja yang didakwa lemah sanadnya, namun tidak terlalu lemah sama sekali.

Kitab tersebut berisikan hadis-hadis shahih semuanya, berdasarkan pengakuan beliau sendiri, ujarnya: “Saya tidak memasukan dalam Kitabku ini, kecuali Jami’nya ada yang mu’allaq dan muttabi’. Yang mu’allaq sejumlah 1.341 buah, dan muttabi’ sebanyak 384 buah (ini khilaf), jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah, di luar yang maqthu’ dan mauquf. Sedang jumlah yang tulen saja, yakni tanpa yang berulang, tanpa mu’allaq dan muttabi’ 2.513 buah. Menurut jumhur ulama ahli hadis, kitab ini merupakan Kitab hadis yang paling shahih setelah Al-Qur’an.

Banyak ulama yang membuat syarah dari Shahih Bukhari ini, antara lain :
a.       Ibnu Hajar (w. 852 H) mengarang Fath Al-Bari
b.      Al-‘Ayni Al-Hanafi (w. 855 H) mengarang ‘Umdah Al-Qari
c.       Qashthallani (w. 923 H) mengarang Irsyad Al-Syari
d.      Jalal Al-Din Al-Suyuthi (w. 911 H) mengarang Al-Tausyih

2.   Qadhaya Al-Shahabah wa Al-Tabi’in. kitab ini dikarang ketika berusia 18 tahun, dan sekarang tidak ada kabar berita tentang Kitab tersebut.
3.   Al-Tarikhu Al-Kabir (8 jilid) telah terbit 3 kali dengan tiga kali revisi, dan revisi yang terakhir yang paling akurat.
4.      Al-Tarikhu Al-Ausath
5.      Al ‘Adabu Al-Munfarid
6.      Birru Al-Walidain
7.    Karya lainnya adalah Qira’at Khalf Al-Imam, Al-Tafsir Al-Kabir, Al-Musnad Al-Kabir, Al-Aadab Al-Mufrad, Raf’ Al-Yadain, Al-Dhu’afa, Al-Jami’ Al-Kabir, Al-Asyribah, Al-Hibah, Asami’ Al-Shahabah, Al-Wuhdan, Al-Mabsuth, Al-‘Illal, Al-Kuna, Al-Fawaid.

Imam Bukhari meninggal dunia pada hari Jum’at malam Sabtu selesai sembahyang isya’, tepat pada malam Idul Fitri 1 Syawal 256 h (31 Agustus 870 M), dan dikebumikan sehabis sembahyang Dzuhur pada hari Sabtu, di Khirtank, suatu kampung tidak jauh dari Samarkand.

Imam Muslim (204 H – 261 H = 820 M – 875 M). Nama lengkap Imam Muslim adalah Abu Al-Husain Muslim ibn Al-Hajjaj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan kepada Naisabury karena beliau adalah putera kelahiran Naisabur, pada tahun 204 H (820 M), yakni kota kecil di Iran bagian Timur Laut. Beliau juga dinisbatkan kepada nenk moyangnya Qusyair ibn Ka’ab ibn Rabi’ah ibn Sha-sha’ah suatu keluarga bangsawan besar.

Imam Muslim salah seorang muhaddisin, hafidh lagi terpercaya terkenal sebagai ulama yang gemar berpergian mencari hadis. Ia mulai belajar hadis pada tahun 218 H saat berusia kurang lebih lima belas tahun. Beliau kunjungi kota Khurasan untuk beguru hadis kepada Yahya ibn Yahya dan Ishak ibn Rahawaih; didatangi kota Rey untuk belajar hadis pada Muhammad ibn Mahran, Abu Hassan dan lainnya; di Irak ditemuinya Yazid ibn Mansur dan Abu Mas’ad, dan di Mesir beliau berguru kepada ‘Amir ibn Sawad, Harmalah ibn Yahya dan kepada ulama hadis yang lain.

Selain yang disebutkan di atas masih banyak ulama hadis yang menjadi gurunya, seperti Qatadah ibn Sa’id, Al-Qa’naby, Ismail ibn Abi Uwais, Muhammad ibn Al-Mutsanna, Muhammad ibn Rumhi dan lain-lainnya.

Ulama-ulama besar, ulama-ulama yang sederajat dengan beliau dan para hafids, banyak yang berguru hadis kepada beliau, seperti Abu Hatim, Musa ibn Haran, Abu Isa Al-Tirmidzi, Yahya ibn Sa’id, Ibnu Khuzaimah, dan ‘Awwanah, Ahmad ibn Al-Mubarak dan lain sebagainya.
1.      Shahih Muslim yang berjudul aslinya, Al-Musnad Al-Shahih, Al-Mukhtashar min Al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an Al-‘Adli ‘an Rasul Allah. Para ulama menyebut Kitab shahih ini sebagai Kitab yang belum pernah didapati sebelum dan sesudahnya dalam segi tertib susunannya, sistematis isinya, tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan tidak berkurang sanadnya. Secara global kitab ini tidak ada bandingnya di dalam ketelitian menggunakan isnad.

Telah diakui oleh jumhur ulama, bahwa Shahih Bukhari adalah sesahih-sahih Kitab hadis dan sebesar-besar pemberi faidah, sedang Shahih Muslim adalah secermat-cermat isnadnya dan sekurang-kurangnya perulangannya, sebab sebuah hadis yang telah beliau letakkan pada suatu maudhu’, tidak lagi ditaruh di maudhu’ lain. Jadi kitab shahih ini berada satu tingkat di bawah sahih Bukhari.

Al-Hafizh Abu ‘Ali Al-Naisabury berkata : “Di bawah kolong langit tidak terdapat sesahih Kitab hadis selain Kitab Shahih Muslim ini”.

Kitab shahih ini berisikan sebanyak 7.273 buah hadis, termasuk dengan yang terulang. Kalau dikurangi dengan hadis hadis yang terulang tingga 4.000 buah.

2.      Al-Musnad Al-Kabir. Kitab yang menerangkan tentang nama-nama Rijal Al-hadits.
3.      Al-Jami’ Al-Kabir
4.      Kitab I’lal wa Kitabu Auhamil Muhaddistin
5.      Kitab Al-Tamyiz
6.      KItabu man Laisa lahu Rawin Wahidun
7.      Kitab Al-Thabaqat Al-Tabi’in
8.      Kitab Muhadlramin
9.      Kitab lainnya adalah : A-Asma’ wa Al-Kuna, Irfad Al-Syamiyyin, Al-Aqran, Al-Intifa’ bi Julus Al-Shiba’, Aulad Al-Sha-habah, Al-Tarikh, Hadits Amr ibn Syu’aib, Rijal “Urwah, Sha-lawatuh Ahmad ibn Hanbal, Masyayikh Al-Tsauri, Masyayikh Malik, dan Al-Wuhdan.

Menurut laporan Ibrahim ibn Muhammad ibn Sufyan, Imam Muslim juga telah menyusun tiga Kitab musnad, yaitu :
a.       Musnad yang beliau bacakan kepada masyarakat adalah shahih.
b.      Musnad yang memuat hadis-hadis , walaupun dari perawi yang lemah.
c.       Musnad yang memuat hadis-hadis, walaupun sebagian hadis berasal dari perawi yang lemah.

Dari sekian banyak karangan Imam Malik, Shahih Muslimlah yang paling terkenal. Ada sejumlah Kitab syarah yang mengomentari Kitab hadis tersebut. Di antara sebanyak banyak kitab yang memberi syarah, yang paling populer adalah Kitab Imam Nawawi (w. 676 H), yang diberi judul Al-Manhai fi Syarh Shahih Muslim ibn Al-Hajjaj.

Imam Muslim wafat pada hari Ahad bulan Rajab 261 H (875 M), dan dikebumikan pada hari Senin di Naisabur.

Muslim dan Bukhari
Muslim mengambil keputusan dairi Shahih Bukhari, kemudian menyusun karyanya sendiri dan beliau dipengaruhi oleh metodologi yang diterapkan Bukhari. Ketika Bukhari berkunjung ke Naisaburi, Muslim ikut menghadiri pertemuan tersebut. Ahmad ibn Abduh memaparkan salah satu pertemuan antara Bukhari dan Muslim. “Muslim datang menemui Bukhari, lalu sungkem, mencium dahinya dan mengatakan ; “izinkan aku bersujud mencium kakimu, wahai tokoh muhaddistin dan doktor hadis.”

Salah satu guru Muslim, Dhuhali yang mempunyai perbedaan teologis dengan Bukhari, melarang murid-muridnya untuk tidak menghadiri tutorial Bukhari. Siapa saja yang menghadirinya harus keluar dari majelisnya. Mendengar hal itu, Muslim kemudian keluar dan mengembalikan buku-bukunya kepada Duhali.

Imam Abu Daud (202 H – 275 H = 817 M – 889 M). Nama lengkap Imam Abu Daud Sulaiman ibn Al-Asy’ats ibn Ishaq Al-Sijistany. Dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu di Sijistan (terletak antara Iran dengan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut, pada tahun 202 H (817 M).

Beliau juga senang merantau (rihlah) mengelilingi negeri-negeri tetangga, Khurasan, Rayy, Harat, Kufah, Baghdad, Tarsus, Damaskus, Mesir dan Bashrah, untuk mencari hadis dan ilmu-ilmu yang lain. Kemudian dikumpulkan, disusun dan ditulisnya hadis-hadis yang telah diterima ulama-ulama Irak, Khurasan, Syam dan Mesir. Beliau sampai menghabiskan waktu 20 tahun di kota Tarsus.

Ulama-ulama yang telah diambil hadisnya, antara lain Sulaiman ibn Harb Utsman ibn Abi Syaibah, Al-Qa’naby dan Abu Walid Al-Thayalisy. Sedangkan para ulama yang pernah mengambil hadis-hadisnya antara lain Abdullah (puteranya), Al-Nasa’iy, Al-Tirmidzi, Abu Awwanah, Ali ibn Abdu Al-Shamad dan Ahmad ibn Muhammad ibn Harun.


Sebagaimana Imam Bukhari dan Imam Muslim, Imam Abu Daudpun melahirkan sejumlah karya, antara lain :
1.            Al-Marasil
2.            Masa’il Al-Imam Ahmad
3.            Al-Nasikh wa Al-Mansukh
4.            Risalah fi Washf Kitab Al-Sunan
5.            Al-Zuhd
6.            Ijabat ‘an Sawalat Al-‘Ajuri
7.            As’ilah’an Ahmad ibn Hanbal
8.            Tasmiyat Al-Akhwan
9.            Qaul Qadr
10.        Al-Ba’ts wa Al-Nusyur
11.        Al-Masa’il allati Halafa Al-Anshar
12.        Dala’il Al-Nubuwwat
13.        FAdha’il Al-Anshar
14.        Musnad Malik
15.        Al-Du’a
16.        Ibtida’ Al-Wahyi
17.        Al-Tafarrud fi Al-Sunan
18.        Akhbar Al-Khawarij
19.        A’lam Al-Nubuwwat
20.        Sunan Abu Daud

Sunan Abu Daud ini merupakan karyanya yang terbesar. Beliau mengaku telah mendengarkan hadis Rasulullah SAW. Sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu beliau seleksi dan ditulis dalam kitab sunnannya sebanyak 4.800 buah. Ia cukup puas dengan satu atau dua hadis dalam tiap bab. Beliau menulis surat kepada ulama Makkah, “Saya tidak menulis/membukukan lebih dari satu atau dua hadis dalam setiap bab walaupun masih ditemukan sejumlah hadis shahih lainnya yang juga berkaitan dengan masalah yang sama. Kalau semua hadis diambil sana-sini maka jumlahnya akan membanyak, dan saya liat hal itu akan menyulitkan. Satu atau dua akan terasa lebih memudahkan.” Beliau juga pernah mengatakan, “Saya tidak meletakkan sebuah hadis yang telah disepakati oleh banyak orang untuk ditinggalkannya. Saya jelaskan dalam Kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih (yusbihuhu), mendekati shahih (yuqarribuhu), dan jika dalam Kitab saya tersebut terdapat hadis yang wahnun syadidun (sangat lemah) saya jelaskan.”

“Adapun yang tidak kami beri penjelasan sedikitpun, maka hadis terseut bernilai shahih dan sebagian dari hadis yang shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain.”

Kitab sunan Abu Daud ini banyak sudah beredar pada masa hidup pengarangnya. Bahkan Ali ibn Hasan berkomentar bahwa beliau telah mempelajari Kitab tersebut sebanyak enam kali dari Abu Daud. Kitab Sunan tersebut adalah salah satu dari Kitab terbaik dan terlengkap dalam bidang hadis-hadis hukum.

Menurut pendapat Ibnu Hajar, bahwa istilah Shahih Abu Daud ini lebih umum daripada jika dikatakan bias dipakai hujjah (Al-Ihtijaj) dan bisa dipakai I’tibar.

Oleh karenanya, setiap hadis dhaif yang bisa naik menjadi hasan atau setiap hadis hasan yang naik menjadi shahih bisa masuk dalam pengertian yang pertama (lil ihtijaj), yang tidak seperti kedua itu, bisa tercakup dalam pengertian kedua (lil i’tibar) dan yang kurang dari ketentuan itu semua termasuk yang dinilai dengan wahnun syadidun.

Para ulama telah sepakat menetapkan beliau sebagai hafidz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, wira’iy dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dalam ilmu hadis maupun lainnya. Al-Khaththany berpendapat bahwa tidak ada susunan Kitab ilmu agama setara dengan Kitab Sunan Abu Daud. Seluruh manusia dari aliran-aliran yang berbeda-beda dapat menerimanya. Cukuplah kiranya bahwa umat tidak perlu mengadakan kesepakatan untuk meninggalkan sebuah hadispun dari kitab ini. Ibnu Al-Araby mengatakan, “Barang siapa yang di rumahnya ada Al-Qur’an dan Kitab Sunan Abu Daud ini tidak usah memerlukan Kitab lain.”

Imam Ghazali memandang cukup, bahwa Kitab Sunan Abu Daud itu dibuat pegangan bagi para mujtahid.

Abu Daud meninggal pada hari Jum’at 15 Syawal 275 H (889 M) di Bashrah. Syarah atas Sunan Abu Daud :
  1. Syamsul Haq ‘Azimabadi, menulis Kitab syarah ‘Awm Al-Ma’bud Syarh Abi Daud.
  2. Khalil Ahmad Anshari (w. 1346 H), menulis Kitab syarah Tahdzib Sunan Abi Daud yang diedit oleh Ahmad Syakir dan teman-temannya sebanyak 8 jilid.

Imam Al-Tirmidzi (200 H – 279 H = 824 M – 892 M). Imam Al-Tirmidzi nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn Dhuhak Al-Sulami Al-Bughi Al-Tirmidzi adalah seorang muhaddis yang dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota kecil di pinggir utara sungai Amuderiya, sebelah utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan Dzhulhijjah 200 H(atau tepatnya 824 M). imam Bukhari dan Imam Tirmidzi, keduanya sedaerah, sebab Bukhara dan Tirmidzi itu adalah satu daerah dari daerah ma wara’un nahr.

Beliau mengambil hadis dari ulama hadis yang kenamaan, seperti Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Musa, Al-Bukhari dan lain-lainnya. Orang-orang banyak belajar hadis pada beliau dan diantara sekian banyak muridnya antara lain Muhammad ibn Ahmad ibn Mahbub.
Di antara karya-kaarya yang telah ditulis oleh Imam Al-Tirmidzi adalah :
1.            Al-Jami’ Al-Mukhtashar min Al-Sunan ‘an Rasulillah
2.            Tawarikh
3.            Al-‘Ilal
4.            Al-‘Ilal Al-Kabir
5.            Syama’il
6.            Asma’ Al-Shahabah
7.            Al-Asma’ wal Kuna
8.            Al-Atsar Al-Mawqufah

Karya beliau yang terkenal adalah Al-Jami’ atau Sunan Al-Tirmidzi. Penulisan Kitab ini diselesaikan pada tanggal 10 Dzhulhijjah 270 H. salah satu buku syarah yang mengomentari Kitab Sunan Al-Tirmidzi ini adalah karangan Abdurrahman Mubarakpuri dengan judul Tuhfat Al-Ahwadzi (4 jilid).

Beliau menyusun satu Kitab sunan dan Kitab ‘Ilal Al-Hadits. Setelah selesai menulis Kitab ini, menurut pengakuannya, Hijaz, Iraq dan Khurasan meridhainya serta menerimanya dengan baik. “Barang siapa yang menyimpan Kitab saya ini di rumahnya” kata beliau, “Seolah-olah di rumahnya ada seorang nabi yang selalu bicara”. Pada akhir kitabnya beliau menerangkan, bahwa semua hadis yang terdapat dalam Kitab ini adalah ma’mul (dapat diamalkan).
Imam Tirmidzi wafat di Turmudz pada malam Senin tanggal 13 Rajab 279 H (829 M).

Imam Al-Nasa’I (215 H – 303 H = 839 M – 915 M)Nama lengkap Imam Nisa’I adalah Abu Abd Al-Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Bahr Al-Khurasani Al-Nasa’i. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan. Ia mulai menjalani pengembaraan untuk mempelajari hadis ini ketika beliau berusian lima belas tahun.

Seorang muhaddis putera Nasa’ yang pintar, wira’iy, hafidh lagi taqwa ini memilih negara Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalam menyiarkan hadis-hadis kepada masyarakat.

Sebagian muhaddisin menilai, bahwa beliau lebih hafidz dan lebih tinggi pengetahuannya dibanding dengan Imam Muslim di bidang hadis.

Guru-guru beliau antara lain Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Ibrahim dan Imam-imam hadis dari Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir.

Murid-murid beliau, antara lain Abu Nasher Al-dhalaby, Abd Al_Qasim Al-Thabary dan Abdul Karim (anak Al-Nasa’i yang juga seorang muhaddis yang dikenal sebagai perawi Sunan Mujtaba’). 

 Karya Al-Nasa’I banyak jumlahnya, di antaranya :
1.      Al-Sunan Al-Kubra
2.      Al-Sunan Al-Mujtaba’
3.      Kitab Tamyiz
4.      Kitab Al-Dhu’affa’
5.      Khasha’ish ‘Ali
6.      Musnad ‘Ali
7.      Musnad Malik
8.      Manasik Al-Hajj
9.      Tafsir

Dari sekian banyak karyanya tersebut, yang utama ialah Sunan Al-Kubra yang akhirnya terkenal dengan Sunan Al-Nasa’i. pada mulanya penyusunan Kitab ini dimaksudkan sebagai hadiah buat Gubernur Ramlah. Kitab Sunan ini adalah Kitab sunan yang muncul setelah Shahihain yang paling sedikit hadis dhaifnya, tetapi paling banyak perulangannya. Bahkan hadis tentang niat diulangnya sampai 16 kali. Setelah Imam Al-Nasa’i selesai menyusun Sunan Kubra, beliau lalu menyerahkannya kepada Amir Al-Ramlah. Kata Amir; “Hai Abu Abdurrahman, apakah hadis-hadis yang saudara tuliskan itu shahih semuanya?” “Ada yang shahih dan ada pula yang tidak”, sahutnya. “Kalau demikian pisahkanlah yang sahih-sahih saja”. Atas perintah Amir itu maka beliau berusaha menyeleksinya, kemudian dihimpunnya hadis-hadis yang pilihan ini dengan diberi nama Al-Mujtaba (pilihan).

Setelah beberapa dekade, Sunan Al-Nasa’I ini mendapat komentar pendek dari Al-Suyuti yang tertuang dalam Kitab Zahrur Raba’ala Al-Mujtaba.

Beliau wafat pada hari Senin 13 Shafar 303 H (915 M) di Al-Ramlah. Menurut satu pendapat, meninggal di Mekkah, yakni saat beliau mendapat percobaan di Damsyik meminta supaya di bawa ke Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan di suatu tempat antara Shafa dan Marwa.

Imam Ibnu Majah (207 H – 273 H = 824 – 887 M)Ibnu Majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap Imam hadis yang terkenal dengan sebutan neneknya ini ialah Abu Abdillah ibn Yazid Ibnu Majah. Beliau lahir pada tahun 207 h (824 M).

Sebagaimana halnya para muhadddisin dalam mencari hadis-hadis memerlukan perantauan ilmiah, beliaupun berkeliling di beberapa negeri, untuk menemui dan berguru hadis kepada para ulama hadis. Ali ibn Muhammad Al-Tanafasi (w. 233 H) adalah gurunya yang paling pertama.

Dari tempat perantauan itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan Al-Laits, dan dari beliau-beliau inilah beliau banyak memperoleh hadis-hadis.  Hadis-hadis beliau banyak diriwayatkan oleh orang banyak.
1.      Tafsir
2.      Al-Tarikh (Sejarah para perawi hadis). Tafsir dan Tarikh ini, sampai saat ini tidak ada kabarnya. Tampaknya telah hilang.
3.      Sunan

Kitab Sunan ini yang kemudian terkenal dengan Sunan Ibnu Majah. Sunan ini merupakan salah satu sunan yang empat. Dalam sunan ini terdapat banyak hadis dhaif, bahkan tidak sedikit hadis yang munkar. Kitab Ibnu Majah ini berisikan 4.341 buah, dan sebanyak 3002 telah dibukukan oleh pengarang Kitab Al-Ushul Al-Sittah lainnya, baik seluruhnya, ataupun sebagiannya. Jadi 1.339 hadis diriwayatkan oleh Ibnu Majah sendiri, dengan rincian sebagai berikut :
1.      428 buah adalah hadis shahih
2.      199 buah adalah hadis hasan
3.      613 buah adalah hadis lemah isnad
4.      99 buah adalah hadis munkar dan makdzub

Bila Al-Tirmidzi dan Abu Daud meriwayatkan hadis lemah selalu diberi keterangan/catatan dalam Kitab mereka, lain halnya dengan Ibnu Majah. Beliau tak memberikan komentar apapun. Bahkan untuk hadis yang dustapun beliau hanya mengambil sikap diam.

Al-Hafidz Al-Muzy juga berpendapat bahwa hadis-hadis gharib yang terdapat dalam susunan ini kebanyakan adalah dhaif.

Karena itulah para ulama mutaqaddimin seperti Ibnu Atsir (w. 606 H), Mughlata’iy (w. 726 H), Ibnu Hajar (w. 852 H) dan Qasthalani (w. 823 H) menolak memasukan Sunan Ibnu Majah ini ke dalam Al-Ushul Al-Sittah atau Al-Kutub Al-Sittah (Kitab-Kitab pokok yang enam); Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Al-Tirmidzi, Sunan Al-Nasa’iy, dan yang keenam dalam perdebatan.

Akan tetapi Abu Al-Fadhli ibn Thahir Al-Maqdisiy (w. 507 H) memasukan Sunan Ibnu Majah menjadi Kitab pokok yang keenam. Pendapat ini diikut oleh Abdul Ghani Al-Maqdisi, Al-Mizzi, kemudian Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Khazra’i.

Sunan Ibnu Majah ini mempunyai sisi kelebihan yaitu tidak banyak mengalami pengulangan dan ia adalah terbaik dari sisi penyusunan judul per judul dan sub-judul. Hal ini banyak diikuti banyak ulama.

Hanya sedikit Kitab yang memberikan syarah Sunan Ibnu Majah ini. Salah satu yang paling baik adalah karya Mughlata’i yang berjudul Al-I’lam bi Sunanihi ‘Alaihi Al-Salam. Selain itu Al-Suyuthi juga mensyarahinya dalam Mishbah Al-Zujajah ‘Ala Sunan Ibnu Majah.

Ibnu Majah meninggal pada hari Senin, 21 Ramadhan 273 H (887 M).

Posting Komentar Blogger